Membangun masyarakat Pancasila yang adil dan makmur adalah perintah pembukaan UUD 1945. Sehingga membangun manusia untuk menjadi bangsa yang cerdas dan sejahtera sudah sepantasnya menjadi prioritas karena bangsa yang maju tidak pernah meninggalkan proyek nation n character building
"Jokowi sudah memulainya di Jakarta terkait perilaku masyarakat yang tidak lagi buang sampah di kawasan Dutamas (Angke - Jakarta Barat).
Kebijsksanaan revitalisasi kali Angke sudah mampu membuat masyarakat memahami dan menjalankan nilai-nilai baru, yaitu tanggung jawab sosial untuk mencegah banjir dengan stop buang sampah sembarangan," ujar Eva Kusuma Sundari, salah seorang anggota Tim Pakar Seknas Jokowi dalam rilisnya kepada Tribunnews.com, Sabtu (26/4/2014).
Membangun kebudayaan berbasis kepribadian ini, lanjutnya, merupakan tugas dan panggilan sejarah Indonesia sebagai bangsa yang besar untuk menjadi subyek dalam kehidupan dan lingkungannya.
Nusantara, dengan kekuatan budaya maritimnya, katanya lagi, terbukti mampu menjadi pusat peradaban Budha (Sriwijaya) maupun Hindu (Majapahit) maka hal tsb harus dilanjutkan di masa depan.
"Sebagai negara kepulauan (archipelago), maka laut merupakan kekuatan, termasuk nilai-nilai yang menjadi karakter masyarakat jaman Sriwijaya dan Majapahit, yaitu pikiran yang terbuka (open minded), kreatif, egalitarian, explorer/penakluk, inklusif, serta multikulturisme yang diposisikan sebagai keniscayaan dan relijius sekaligus toleran," papar Eva.
Ia menegaskan, hal itulah kepribadian masyarakat gotong royong Indonesia yang harus dikembangkan dan dikuatkan kembali untuk menjadi dasar kebudayaan Indonesia .
Meski demikian, katanya, pengembangan kebudayaan kemandirian hanya dapat diwujudkan jika didukung kekuatan ekonomi, yang hanya bisa dicapai jika kedaulatan politik dalam genggaman.
"Artinya, tiga dogma dalam Tri Sakti merupakan satu kesatuan dan harus saling menguatkan dan memberi dampak. Tetapi, tentu saja faktor manusia,menjadi penggerak atas semua proyek transformasi masy tsb shg pendidikan harus dikembalikan rohnya sbg pusat pembent karakter menuju perwujudan kebudayaan berbasis kepribadian," urainya.
Transformasi masyarakat yang berkarakter sebagai masyarakat maritim di atas, lanjutnya, memerlukan kepemimpinan yang bisa jadi panutan bagi rakyat
"Kepemimpinan yang transformatif yang membawa nilai-nilai baru yang dipraktekkan dalam pemerintahan maupun berbangsa dan bernegara. Pemimpin yang mengusung revolusi mental demi mewujudkan transformasi RI menjadi bangsa yg berdaulat, berdikari dan berkepribadian sebagai perwujudan Trisaksi abad 21," pungkasnya. [tribunnews]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar