Politikus Senior Partai Golkar yang juga Wakil Presiden Kesepuluh, Jusuf Kalla ramai disebut-sebut akan menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo (Jokowi) yang sudah resmi diusung sebagai calon presiden oleh PDI Perjuangan.
Namun, duet Jokowi-JK ini diprediksi bakal sulit terwujud. Pengamat politik dari Universitas Indonesia Boni Hargen mengatakan ada tiga hal yang bisa mengganjal Jokowi-JK sehingga sulit dipasangkan.
"Saya melihat ada tiga hal mengapa jangan JK yang harus dipasangan dengan Jokowi," kata Boni saat dihubungi JPNN, Sabtu (12/4/2014) malam.
Pertama, kata Boni, adalah dari sisi histori. JK merupakan atau pernah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menurutnya, ketika JK menjabat wakil presiden, PDIP babak belur digebuk. "Dibongkar semua dan sasarannya kader PDIP," kata Boni. Apalagi kata dia, saat JK menjadi wapres, posisi PDIP adalah oposisi. Sehingga ia menilai motivasi JK ingin menjadi cawapres Jokowi dicurigai untuk mencari kekuasaan.
Kedua, Boni menyebut bahwa perusahaan yang bernaung di Kalla Grup, itu membesar ketika JK menjabat wapres dan Ketua Umum Partai Golkar. Boni khawatir ketika nanti JK jadi wapres bisa lebih dominan dari presidennya. "Ini (dikhawatirkan) bisa jadi lebih dominan dari presiden," kata Boni.
Ketiga, Boni menegaskan bahwa JK masih resmi sebagai petinggi Partai Golkar. Karenanya, ia curiga dengan JK ingin jadi cawapres bisa menjadi pintu masuk Golkar ke dalam kekuasaan. "Saya kira Golkar perlu belajar jadi oposisi," tegas Boni lagi.
Lebih jauh Boni menegaskan, kalau PDIP mempertimbangkan karakter Jokowi yang benar-benar tulus yang berorientasi kerja, maka JK tidak pantas dijadikan cawapres Jokowi.
Sumber :
jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar