Popularitas Jokowi diyakini masih kuat untuk mendongkrak suara dalam pilpres nanti. Di antara dua capres lainnya, Prabowo dinilai yang paling berpeluang untuk mengimbangi Jokowi di pilpres.
Penilaian itu dilihat dari hasil penghitungan cepat (quick count) pemilihan legislatif lalu, suara Gerindra terkerek signifikan karena pengaruh popularitas Prabowo. Bahkan Prabowo berpeluang dapat mengalahkan Jokowi jika mendapat formula koalisi yang tepat.
Menurut pengamat komunikasi politik dari Universitas Nasional, Robi Nurhadi, jika 5 parpol Islam yakni PPP, PKS, PAN, PKB ditambah PBB berkoalisi dengan Prabowo tidak tertutup kemungkinan meraih single majority.
"Kenapa demikian? Karena Jokowi effect berkurang efektivitasnya secara signifikan. Jokowi terkena hukum Politik Gosen: teori pengurangan efek ketersimaan publik pada kesempatan kedua," kata Robi kepada detikcom, Sabtu (12/4/2014).
Dia mengatakan, kemenangan parpol Islam, bila maju tanpa Prabowo, ditentukan oleh siapa yang akan menjadi capresnya. Capres yang dipilih akan menjadi kelebihan atau kekurangannya. Dan hal itu juga menentukan kemenangan atau kekalahannya.
Menurutnya, terpolarisasinya kekuatan capres ketiga sosok yaitu Ical, Prabowo dan Jokowi, justru membuat posisi parpol Islam menjadi strategis karena akan menentukan tiket pencapresan dan kemenangan pada pilpres 2014.
Gabungan kekuatan mereka telah cukup mengusung paket capres dan menguasai lebih dari sepertiga parlemen. Kalau ditambah dengan PD atau Golkar atau Gerindra, akan terbentuk Poros Kebangsaan yang sangat mungkin memenangkan Pilpres.
"Syaratnya, ketepatan memilih figur pasangan capres-cawapres," Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M), Pascasarjana, Universitas Nasional ini.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar