Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) dan Wagub Basuki Tjahaja Purnama
(Ahok) didesak anggota DPRD mencopot Manggas Rudy Siahaan dari jabatan Kepala
Dinas Pekerjaan Umum (PU). Pasalnya dinas tersebut tidak lagi
berkontribusi signifikan terhadap persoalan banjir dan macet di Ibukota
sejak di bawah kepemimpinannya.
“Selaku anggota dewan, saya minta
kepada Pak Jokowi maupun Pak Ahok mengganti pejabat Kepala Dinas PU DKI
Jakarta,” ujar Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI, Mohammad Sanusi, di
Gambir, Selasa (4/2/2014).
“Jangan ditahan-tahan, karena citra Jokowi-Ahok
dipertaruhkan saat ini,” tambah Sanusi. Masih banyak PNS DKI lainnya
yang lebih tepat menduduki jabatan tersebut.
Sanusi tidak
sembarangan mengungkapkan hal itu karena dia banyak pengaduan masyarakat
tentang buruknya kinerja SKPD yang dipimpin Manggas Rudy. “Contoh kecil
saja, jalan raya di Pademangan, Gunung Sahari, Grogol, serta Daan Mogot
selalu kebanjiran. Dia tidak bisa menangani. Selain itu banyak pompa
air yang tidak berfungsi. Sudah saatnya Jokowi tinjau ulang Rudi,” tegas
dia.
Dinas ini antara lain mengelola jalan raya, saluran air,
sungai, waduk, dan sebagainya. Masyarakat menuding banyak jalan mudah
rusak karena materinya kurang berkualitas. “Penanganan terhadap jalan
rusak akibat banjir juga lambat sekali, sehingga Jakarta makin macet dan
banyak kasus kecelakaan, terutama menimpa pengendara sepeda motor,”
ungkap Sanusi, anggota Komisi D yang membidangi pemerintahan.
Sebagai
salah satu SKPD yang beranggaran paling besar (berdasarkan APBD 2014
sebesar Rp 6,2 triliun) mestinya Dinas PU mampu memberikan kontribusi
signifikan mengatasi banjir dan macet. Nyatanya masih banyak saluran
air, sungai, dan waduk yang tidak berfungsi baik, sehingga Jakarta masih
rawan banjir. Untuk konfirmasi pemberitaan demi informasi publik, sikap
Manggas Rudy juga sering dikeluhkan wartawan karena sulit dihubungi via
telepon, baik bicara langsung maupun SMS, tidak ditanggapi.
Secara
terpisah, pengamat perkotaan Amir Hamzah berpendapat pihak dewan jangan
terlalu keras mencampuri birokrasi. “Sebagai dewan tidak harus selalu
mengawasi dan bersikap kritis, tapi perlu juga mendampingi eksekutif
untuk demi meningkatkan pembangunan,” kata Amir, pendiri yayasan
Renaissance.
Sumber :
Pos Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar