Masyarakat diminta tak sekadar ikut tren menentukan pilihan calon
presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Pemilu 2014
mendatang. Saat ini nama Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi)
dinilai sedang marak diperbincangkan dan diperkirakan menjadi euforia
tersendiri.
"Kita (masyarakat) kadang-kadang menerima suara rakyat sebagai suara
Tuhan. Kalau suara rakyat adalah suara Tuhan, mungkin Tuhan sudah salah
berkali-kali. Masyarakat kadang hanya mengikuti tren. Seharusnya dalam
memilih, tidak berdasarkan ikut-ikutan tren," kata Direktur Eksekutif
Cyrus, Hasan Nasbi, dalam seri diskusi Inilah Demokrasi, bertema
"Haruskan Jokowi Jadi Presiden RI? Kalau Bukan Dia, Lalu Siapa?", di
Jakarta, Selasa (4/2/2014).
Menurut Hasan, media punya peran penting dalam menyampaikan informasi
yang baik dan benar. Ia menekankan, media sebaiknya tidak larut dalam
euforia terkait Jokowi ini tanpa ada pertimbangan lain. Bangsa Indonesia
tidak akan pernah maju kalau hanya berkali-kali ikut dalam selera
pasar.
Dijelaskan, kalau PDIP calonkan Jokowi, maka langkah demikian sama
saja dengan menggali kuburan bagi PDIP. Jokowi terlalu cepat untuk
dikatrol memikirkan masalah Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
"Blusukan adalah mengontrol dengan jangkauan fisik. Kalau
dari Sabang sampai Merauke mau mengontrol dengan fisik, akan jadi
seperti apa? Contoh tanggul jebol terus Jokowi gotong-gotong karung,
tidak mungkin melakukan hal serupa di daerah lain dengan jangkauan
fisik. Belum lagi mengurusi 500 lebih daerah otonom," ucap Hasan.
Ditegaskan, investasi terbesar PDIP adalah mempertahankan Jokowi
menjadi gubernur. Kalau sudah berhasil menjadi gubernur, maka masyarakat
akan melihat sendiri kinerja sesungguhnya mantan Wali Kota Solo
tersebut
"Jokowi kalau sudah berhasil memperbaiki Jakarta, bikin partai sendiripun akan ada banyak yang ikut," kata Hasan.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar