Pengamat politik Ikrar
Nusa Bakti menyayangkan niat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDI-P) yang ingin mengusung Ketua Umumnya Megawati Soekarnoputri
sebagai calon presiden dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi
sebagai calon wakil presiden.
Menurutnya, daripada maju ke kancah nasional dengan hanya menjadi
cawapres, lebih baik Jokowi tetap menjadi Gubernur DKI Jakarta.
"Kalau
Jokowi cuma jadi cawapres Megawati, sayang sekali. Lebih baik dia tetap
jadi gubernur saja," kata Ikrar dalam forum diskusi "Inilah Demokrasi"
di Jakarta, Selasa (4/2/2014) sore.
Dengan menjadi cawapres,
menurutnya, kewenangan Jokowi akan berkurang. Jokowi tidak benar-benar
bebas menjalankan kewenangannya yang selama ini dinilai pro-rakyat oleh
banyak orang.
Selain itu, jika dipasangkan menjadi cawapres
Megawati, menurutnya, pasangan tersebut berpeluang besar dikalahkan oleh
pasangan capres-cawapres dari partai lainnya. Megawati yang seorang
perempuan, menurutnya, tidak akan cukup kuat untuk menggalang massa di
Indonesia.
"Bukan hanya karena Indonesia mayoritas Islam yang
menilai laki-laki itu adalah seorang pemimpin, tapi masyarakat kita yang
sebagian besar belum modern juga masih menganggap perempuan itu bukan
seorang pemimpin," jelasnya.
Oleh karena itu, suara Jokowi yang
saat ini belum mencapai 50 persen, alias belum mencapai setengah dari
jumlah pemilih, bisa turun jauh saat dia dipasangkan dengan Megawati.
Dia pun memprediksi, Mega-Jokowi akan kalah di putaran kedua jika
benar-benar diusung.
"Bukan mustahil gabungan parpol di putaran
kedua menggunakan cara yang ilegal untuk menjatuhkan Mega-Jokowi. Tidak
ada pilihan lain untuk menjadikan Jokowi nomor satu. Mega-Jokowi tidak
akan menang," pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar