Pemilu 9 Juli 2014 sudah di depan mata, masa kampanye telah berakhir dan sebagian besar rakyat Indonesia sudah menentukan pilihannya. PoliticaWave dalam penelitiannya menemukan kedua tim secara aktif melakukan kampanye kreatif di media sosial, seperti dalam bentuk infografik, gambar-gambar kreatif, aplikasi, game, lagu dan video.
Netizen menyukai berbagai kampanye kreatif tersebut dan meningkatkan partisipasi dan interaksi aktif netizen, terutama para early voters.
Namun sayang, selain kampanye kreatif media sosial juga dipergunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kampanye hitam. Kampanye hitam adalah kampanye yang menyerang kandidat dengan berbagai isu negatif tanpa disertai oleh data dan fakta, alias fitnah, Kampanye hitam berbeda dengan kampanye negatif. Kampanye negatif adalah kampanye yang menyerang kandidat dengan isu negatif, tapi disertai oleh data dan fakta. Masyarakat berhak tahu mengenai sisi negatif dari kedua pasangan, sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
PoliticaWave menemukan selama periode Mei-Juni 2014 ada 458.678 percakapan dengan konten tentang fitnah atau kampanye hitam. Jokowi-JK merupakan pasangan yang paling banyak diserang oleh kampanye hitam, dengan prosentase 74,5% serangan kampanye hitam dan 25,5% kampanye negatif. Beberapa kampanye hitam yang menyerang pasangan Jokowi-JK adalah tuduhan beragama Kristen dan keturunan Tionghoa, tuduhan komunis, tuduhan membuat surat penangguhan ke kejaksaan, Capres boneka, Tidak bisa shalat, wudhu dan ngaji, Didukung Yahudi/Zionis, akan menghapus sertifikasi guru dan akan menghapus raskin.
Sementara itu pasangan Prabowo-Hatta lebih banyak mendapat kampanye negatif sebesar 83,5% dibandingkan kampanye hitam sebesar 16,5%. Kampanye hitam terhadap Prabowo-Hatta yaitu Memiliki 2 kewarganegaraan, tuduhan Psikopat, Video pemukulan di KPU, Transaksi saham palsu dan video kampret. [centroone]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar