Pakar dan konsultan brand personal dan perusahaan Amalia E Maulana,
memberi catatan penting pada debat terakhir calon presiden yang
berlangsung Sabtu lalu, 5 Juli 2014 bahwa capres nomor urut 2 Jokowi
bukan tokoh karbitan.
"Awalnya sebagian orang masih meragukan
kemampuan isi kepala Jokowi, tetapi dengan jawaban-jawaban pasti Jokowi
di topik-topik yang cukup sulit seperti topik pertahanan negara dan
topik berat lainnya, masyarakat menjadi lebih kenal siapa Jokowi. Jokowi
bukan tokoh “karbitan".
Tetapi Jokowi memang lahir dari proses
perjalanan yang panjang sebuah personal branded. Penguasaan berbagai
istilah yang dianggap “beyond" Jokowi ternyata membuka mata mereka bahwa
Jokowi punya kapasitas yang lebih dari yang diperkirakan banyak orang,"
ungkap Amalia pada Selasa (8/7/2014).
Amalia menegaskan
definisi "branding is a process, not an event." Amalia mengatakan.
"Perlu proses panjang untuk mengenal siapa diri seseorang, dan dalam
personal branding, dibutuhkan multiple encounter atau pertemuan berulang
kali untuk bisa menilai kapasitas dan warna diri yang sesungguhnya,"
kata Amalia.
Dan melalui event besar seperti pemilihan presiden 9
Juli dalam masa kampanye dan debat para capres-cawapres, Amalia menilai
sangat berkontribusi cukup signifikan terhadap overall impression atau
impresi keseluruhan yang dibangun brand Jokowi, Prabowo, Hatta dan JK.
Menurut
Amalia, pada awalnya masyarakat hanya bisa melihat secara sepintas dari
berita-berita tentang capres-cawapresnya. Lalu bisa melihat secara
langsung seperti apakah gambaran kongkrit para tokoh ini.
"Moment
of truth inilah yang memberikan kelengkapan terhadap image personal
brand. Bahwa apa yang dipikirkan dalam benak, ternyata kenyataannya sama
atau berbeda. Maka, di sinilah masyarakat mulai bisa menilai ‘the real’
brand. Dan persepsinya dilengkapi dengan dimensi nyata," ujar
Amalia.
Dalam personal branding, dijelaskan pemilik Etnomark Consulting ini
seseorang bisa saja berpura-pura menjadi diri orang lain dan pura-pura
bagus, tetapi pada beberapa kali pertemuan hal ini tidak bisa lagi
ditutupi.
"Maka keaslian seseorang akan tampak. Begitu juga yang
terjadi dengan Jokowi." Dan Amalia meyakini pada debat terakhir kemarin
yang sekaligus menutup masa kampanye yang cukup panjang, maka hal ini
merupakan pembentukan Great Last Impressions dari para tokoh yang
terlibat dalam debat.
"JK
yang kurang sukses dalam debat cawapres (debat 4), tapi JK membayarnya
dengan tampil prima mendampingi Jokowi di debat terakhir. Banyak
pukulan-pukulan ke Hatta yang berat untuk diimbangi, salah satunya
dengan tidak menjawab pertanyaan yang "keliru" tentang Kalpataru yang
seharusnya Adipura," ujar
Amalia.
Nah, pada saat itulah kata
Amalia, masyarakat pemilih memperoleh Great Last Impression bahwa Jokowi
itu adalah memang asli seseorang yang sabar, tenang, dan cenderung
bijaksana dan bisa mengontrol emosinya, tampak sangat nyata dalam debat
terakhir. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar