Selasa, 08 Juli 2014

Meski Siap Terima Prabowo Pasar Tetap Jagokan Jokowi, Kubu Prabowo Uring-uringan

Investor asing berharap agar hasil pemilu presiden Indonesia di hari Rabu 9 Juli 2014 sesuai dengan harapan mereka. Meskipun survei kepada kalangan investor menjagokan Jokowi-JK, namun pasar juga akan bersiap jika Prabowo yang menang.
Penghitungan polling terakhir menunjukkan bahwa persaingan antara kedua kandidat Joko "Jokowi" Widodo dan Prabowo Subianto semakin ketat dan banyak pengamat mengatakan bahwa hasilnya tidak dapat diduga hingga penghitungan suara dilakukan.
Namun, Fauzi Ichsan dari Standard Chartered Indonesia, mengatakan bahwa pasar modal dan investor asing masih menjagokan Jokowi-JK.
Dia berkata bahwa indeks bursa saham Jakarta naik 1,5 persen setelah mendengar berita dari pemilihan luar negeri bahwa Jokowi memimpin suara sebanyak 60 persen.
"Saat ini ya, tapi seperti saya katakan sebelumnya, jika Prabowo menang, maka pasar akan terkejut dan akan menunggu sampai Prabowo membentuk tim ekonominya," ujarnya.
"Selama tim ekonomi Prabowo didukung oleh para teknorat, pasar akan menaruh kepercayaan kembali kepada Indonesia," tambahnya.
Sebuah survei atas 70 investor yang dilakukan oleh Deutsche Bank menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya akan menjual bisnisnya jika Prabowo menang.
Namun, Fauzi berkata bahwa kaum bisnis akan mendukung dua kandidat, meski tidak secara terbuka.
"Sangat tidak mungkin jika komunitas bisnis hanya memasang taruhan pada satu calon saja," ujarnya.
"Bahkan jika mereka mendukung seorang kandidat secara terbuka, di belakang, mereka juga akan berjaga-jaga dengan meyakinkan calon lainnya jika mereka mendukung calon tersebut jika mereka menang," jelasnya.
Seorang pedagang kaki lima dari Jakarta yang bernama Yanto berharap Jokowi menang, namun dia juga berpikir bahwa bisnis akan diuntungkan jika Prabowo menang.
"Jokowi disukai oleh lebih banyak orang. Dia adalah pemimpin yang baik ketika dia menjadi walikota Solo," ujarnya.
"Sedangkan Prabowo, dia baru di kancah politik orang belum tahu dia benar. Untuk masalah ekonomi? Saya kira Prabowo akan lebih baik - untuk ekonomi, Prabowo lebih baik," tangkasnya.
Hasil survei terakhir yang dilakukan Institut Survey Indonesia (ISI) kepada 2.400 orang menunjukkan bahwa pendukung Jokowi dan Prabowo hanya terpaut 3,6 persen.
Prabowo Subianto, mantan pemimpin militer dibawah pemerintahan Suharto yang juga dituduh melakukan pelanggaran HAM, hampir menyaingi Joko Widodo di beberapa hasil polling terakhir.
Pengamat politik Indonesia Achmad Sukarsono berkata bawa sekarang tergantung bagaimana kuatnya tim sukses dibalik pencalonan Prabowo.
"Setidaknya, mereka tahu apa yang mereka coba lakukan dan mereka tahu pesan apa yang ingin mereka sampaikan kepada calon pemilih," jelasnya.
"Dan mereka telah melakan hal ini, tidak hanya dua tiga bulan, mereka telah melakukan ini selama bertahun-tahun," tambahnya.
Survei dari ISI juga menunjukkan bahwa jumlah pemilih yang belum menentukan pilihannya telah berkurang, namun masih berkisar 8 persen dari jumlah seluruh pemilih, atau lebih dari 14 juta orang.

Kubu Prabowo Uring-uringan
Dilain pihak, kubu Prabowo yang menyebut dirinya sebagai ekonom, Dradjad H Wibowo, mengingatkan para analis pasar modal untuk tetap netral di pemilu presiden dan tidak bermain api dengan bermain opini. Menurutnya, sudah selayaknya pelaku pasar modal tidak membodohi publik.
Pernyataan itu disampaikan Dradjad guna menanggapi pernyataan dari analis Danareksa Sekuritas,  di salah satu portal berita yang menyebut indeks harga saham gabungan (IHSG) bisa tembus hingga 5300 jika Joko Widodo alias Jokowi menang pilpres. Dradjad menganggap pernyataan itu terlalu spekulatif. “Karena tidak ada basis ilmiah dan empiriknya,” katanya di Jakarta, Selasa (8/7/2014).
Menurutnya, analisa ekonom di Danareksa yang notabene pegawai BUMN itu terkesan sebagai propaganda tendensius karena mendukung salah satu calon presiden. Bahkan, kata Dradjad, sebenarnya analis yang mengeluarkan opini itu justru pernah menjadi semacam penasihat bagi Hatta Rajasa saat menjadi menteri koordinator perekonomian.
Karenanya Dradjad yang juga Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) mengingatkan Danareksa menegur  karyawannya yang bermain politik. Terlebih, lonjakan harga saham yang dulu pernah diklaim terkait dengan deklarasi pencapresan Jokowi ternyata terbukti tidak sustainable.
“Hanya sebentar. Ini menguatkan dugaan bahwa lonjakan itu adalah hasil gorengan karena tidak didukung oleh fundamental,” kata Dradjad.
Mantan anggota Komisi Keuangan dan Perbankan DPR itu justru menegaskan, terjadi lonjakan dana masuk setelah visi, misi dan program Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dinggah ke laman Komisi Pemilihan Umum (KPU). Namun, Tim Pemenangan Prabowo-Hatta tak mau mengklaim secara oolitik.
“Karena tidak mau berpropaganda tanpa tanggung jawab sosial kepada investor,” ucap Dradjad yang juga Direktur Kebijakan dan Program di Tim Pemenangan Prabowo-Hatta itu.  “Para analis pasar sebaiknya tetap membuat opini yang bertanggung jawab secara sosial,” pungkasnya.   [tempo,jpnn]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar