Calon presiden dengan nomor urut 2, Joko Widodo, mengatakan
terhambatnya pasokan listrik karena masalah perizinan investasi yang
masih sulit. Jika menjadi presiden, Jokowi berjanji bakal memangkasnya
dengan percepatan perizinan.
"Kenapa listrik itu byarpet (mati dan nyala terus-Red) di beberapa
daerah ? Hal ini karena Investasi listrik itu terhambat di izinnya,
buatnya saja butuh waktu enam tahun, padahal dua tahun sudah bisa
digunakan untuk membangun peralatan listrik," kata Jokowi di depan
pengurus pengurus Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) kawasan Jawa
Barat, di Bandung, Rabu malam (2/7/2014).
Itu baru perizinan usaha belum termasuk izin Surat Izin Usaha
Perdagangaan (SIUP) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Jadi, dia
menyoroti bagaimana pentingnya mengurus listrik dengan menyunat
perizinan untuk membangun listrik dengan mempersingkat perizinan
birokrasi.
"Selama ini banyak mejanya, untuk investasi bisa melalui 250 meja dan
membutuhkan 60 ribu lembar dokumen, gimana mau selesai kalau kaya
gini," katanya.
Mengenai dananya, Jokowi mengatakan agar tidak disokong melalui
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) saja. Melainkan bisa melalui
investasi swasta untuk sejumlah proyek-proyek listrik.
"Mereka ini kan selalu nanya dananya dari mana ? Kalau saya sih
maunya duit kalian jangan ditaruh dibantal saja, investasikan untuk
listrik," katanya yang disambut tawa hadirin.
Jokowi juga mengharapkan agar operasional listrik melalui pembangunan
power plant bisa dipasok melalui gas dan batubara yang harganya masih
murah ketimbang minyak. "Kan bisa pakai batubara, kenapa tidak dipakai ?
Ya karena ada mafianya," lanjutnya.
Dengan cara ini, Jokowi mengatakan bahwa dapat mengurangi
pengangguran karena banyak industri yang akan maju seperti industri
pariwisata dengan variannya seperti Hotel dan tempat pariwisata lainnya. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar