Dosen sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,
Kasijanto Sastrodinomo, mengatakan bagi masyarakat Jawa munculnya
meteor memiliki arti tersendiri. Meteor atau asteroid sering kali
dianggap sebagai tanda alam bahwa akan terjadi fenomena pergantian
pemimpin. "Benda langit bercahaya itu dalam sejarah dinamakan sebagai
pulung," katanya, Senin (9/6/2014).
Beberapa pekan ke depan, Indonesia akan menggelar Pilpres. Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla berebut suara dengan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Menurut
Kasijanto, dahulu masyarakat pedesaan di Jawa biasa menjadikan pulung
sebagai pertanda pergantian lurah atau kepala desa. Akan ada benda
bercahaya yang melintas di udara, ketika benda tersebut meledak di atas
atap rumah, maka dipercaya orang yang tinggal di rumah tersebut akan
menjadi lurah atau kepala desa selanjutnya. "Tapi itu dahulu, meski
tidak menutup kemungkinan masih ada orang yang masih percaya," katanya.
Sebelumnya benda langit bercahaya itu tampak pada Minggu sore, 8 Juni 2014. Dua hari lalu, situs space.com juga menerbitkan berita yang menyebutkan bahwa pada, 8 Juni 2014, ada sebuah asteroid yang dinamakan 2014 HQ124 melintas di dekat orbit bumi.
Keberadaan asteroid ini terdeteksi oleh Mark Boslough, ahli asteroid
dari Sandia National Laboratories, New Mexico, Amerika Serikat.
Namun Kepala
Lembaga Penerbangan dan Antariksa, Thomas Djamaludin mengatakan benda
yang melintas di langit Jakarta kemarin sore kemungkinan bukan meteor.
Thomas memprediksi benda itu hanya jejak pesawat yang terbang tinggi.
Jejak pesawat itu terkondensasi dan kemudian memantulkan cahaya matahari
hingga terlihat seperti menyala mirip meteor jatuh. "Saat itu senja,
cahaya merah matahari membuat jejak pesawat di awan putih seperti ekor
api." [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar