Kampanye hitam bertuliskan 'RIP Jokowi' yang beredar di media sosial bisa dimanfaatkan kubu Joko Widodo untuk pencitraan dizalimi, meski tidak jelas siapa pelaku kampanye hitam tersebut.
Menurut pengamat politik yang juga dosen sekolah Pascasarjana
Universitas Paramadina, Herdi Sahrasad, memang tidak menutup kemungkinan
kampanye hitam tersebut justru dimanfaatkan tim Jokowi untuk
menimbulkan kesan sedang dizalimi. Ia menuturkan saat ini sudah tidak
efektif kampanye pencitraan 'dizalimi', karena masyarakat semakin
cerdas.
"Bisa dimanfaatkan kelompok pak Jokowi untuk memberi kesan dizalimi,
disudutkan. Menurut saya jadi tidak efektif karena masyarakat semakin
cerdas. Masyarakat saat ini sudah menerima informasi yang deras baik
dari media cetak dan elektronik maupun media sosial," ujar Herdi saat
dikonfirmasi, Jumat (9/5/2014).
Herdi mengatakan pencitraan dizalimi saat ini sudah usang karena
hanya melakukan pengulangan. Kampanye saat ini, kata Herdi, lebih baik
diarahkan pada kampanye yang mencerdaskan masyarakat dengan beradu visi
misi yang terukur.
"Pencitraan dizalimi terkesan pengulangan-pengulangan yang memuakkan.
Dalam ilmu kebudayaan, pengulangan-pengulangan dizalimi atau ditindas,
itu termasuk mannerism yang menurut saya sudah usang. Sudah tidak terlalu efektif," tuturnya.
"Masyarakat saat ini ingin kampanye yang mencerdaskan. Visi misi yang
jelas terukur. Misalnya, bagaimana memajukan kedaulatan ekonomi.
Bagaimana mekanisme, metode, dan caranya? Bagaimana kerjanya,
langkahnya, kebijakannya. Masyarakat ingin tahu itu dibanding kampanye
dikabarkan meninggal. Itu tidak konstruktif," imbuhnya. [tribunnews]
Dosen/pengamat abal-abal! Asal nuduh, padahal bukti gak ada.... malu-maluin....
BalasHapus