Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyesalkan adanya
kampanye hitam yang berlangsung masif dan derajat irasionalitasnya
semakin mengkhawatirkan.
Isu yang diangkat bukan saja penyerangan pribadi, terkait SARA,
tetapi juga reklame kematian yang merendahkan martabat karena akal sehat
ditinggalkan.
Kampanye hitam yang sudah diinventarisir itu adalah penyebaran informasi bohong via SMS (short messaging service) soal rencana penghapusan tunjangan guru dan dosen.
Itupun ternyata disusul dengan SMS soal kebohongan dan fitnah terkait
etnisitas, agama, dan asal-usul Joko Widodo (Jokowi) yang muslim dan
Jawa. PDIP mendapat laporan langsung dari masyarakat soal itu.
"Penyebaran fitnah-fitnah bernuansa SARA ini merugikan kita semua.
Karena masyarakat digiring untuk irasional. Ini mobilisasi kebencian
yang memecah belah dan menyeret kita ke belakang, makin jauh dari tujuan
substantif berdemokrasi untuk membangun kesejahteraan rakyat," jelas
politisi PDIP, Eva Kusuma Sundari, di Jakarta, Jumat (9/5).
PDIP mengimbau KPU, Bawaslu, Kepolisian, dan partai-partai politik
untuk merespon hal itu secara serius dan menghentikan praktek kampanye
hitam dan penyebarannya.
Sebaliknya, PDIP juga mengajak masyarakat untuk memulai gerakan
melawan kampanye hitam dengan cara memutus rantai pengedarannya.
"Dengan bergotong royong kita wujudkan politik yang digerakkan
nilai-nilai kebaikan dan kemuliaan. Yaitu membangun manusia dan
masyarakat Indonesia yang hebat, sejahtera dan bermartabat," tandas Eva. [beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar