Kampanye hitam yang berlebihan menjelang pemilihan presiden memicu reaksi kader dan simpatisan PDI Perjuangan, Pro-Jokowi (Projo). Organ PDIP pendukung calon presiden Joko Widodo ini meminta kepolisian mengusut kampanye hitam terhadap Gubernur DKI Jakarta itu.
Menurut Sekretaris Jenderal Relawan Projo, Yongki Jonacta, serangan politik yang tak proporsional terhadap Jokowi, nama panggilan Joko Widodo, sudah masuk kategori menyebarkan kebencian berdasarkan suku, agama, ras, dan antar-golongan (SARA). "Bila polisi lambat bertindak, bisa terjadi benturan antara massa Jokowi dan massa pendukung calon presiden lainnya," katanya di sela-sela peresmian Projo Kalimantan Timur di Kota Balikpapan pada Jumat (9/5/2014).
Salah satu kampanye hitam yang dimaksud Yongki ada penyebaran kabar kematian Jokowi, yang disebut bernama Herbertus Joko Widodo. Di situ Jokowi dicitrakan sebagai pria keturunan Tionghoa dengan nama asli Oey Hong Liong. Informasi menyesatkan itu dibuat mirip dengan obituari. "Serangan politik yang sungguh mengerikan."
Salah satu pendiri Rumah Jokowi di bilangan Perdatam, Jakarta Selatan, ini menuturkan bahwa serangan politik bernuansa SARA ini berpotensi menyulut kemarahan pendukung Jokowi. Kemudian akan timbul sikap antipati barisan pendukung Jokowi terhadap massa yang memberikan dukungan kepada capres lain. Kondisi ini, menurut Yongki, sudah diketahui pihak berwajib sehingga polisi tak perlu menunggu laporan untuk memulai pengusutan. "Apalagi ini bukan delik aduan," ucapnya.
Yongky memastikan, Projo tidak akan membalas serangan kampanye hitam itu. Projo akan berkampanye untuk Jokowi secara beretika dengan mengedepankan pemaparan visi-misi pembangunan Indonesia. Bahkan, ia mengatakan, Jokowi menanggapi serangan politik berupa kampanye hitam itu dengan meresmikan kampung deret di Cilincing, Jakarta Utara. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar