Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menilai, porsi pendidikan budi pekerti yang diberikan pada siswa Sekolah Dasar (SD) harus diperbanyak.
Menurut dia, komposisi yang tepat adalah 70 persen pelajaran budi pekerti dan 30 persen ilmu pengetahuan. Hal itu dia katakan untuk menyikapi kasus kekerasan yang dilakukan siswa SD di Kecamatan Makasar hingga menyebabkan temannya tewas beberapa waktu lalu.
"Di SD itu budi pekerti harus 70 persen. Karena dasarnya di situ," ucap Jokowi, Jumat (9/5/2014).
Barulah ketika si anak masuk ke jenjang SMP dan SMA, ujar Jokowi, komposisi pelajarannya dirubah.
Pelajaran ilmu pengetahuan menjadi 70 persen dan budi pekerti 30 persen.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan bahwa kurikulum yang diterapkan di sekolah harus dibenahi. Dia menilai, selama ini pelajaran di sekolah hanya menekankan pada pendidikan eksakta saja, seperti Matematika, IPA, dan Kimia.
Namun, pendidikan budi pekerti yang mengajarkan akhlaqul karimah justru dikesampingkan. Padahal, menurut Jokowi, pendidikan seperti itu jauh lebih penting dibanding pelajaran lainnya.
Seorang siswa kelas 5 SD, Renggo Khadafi (11) tewas pada Minggu malam (4/5/2014). Sebelum tewas, bocah yang tinggal di Jalan Asri RT 07 RW 10, Kelurahan Halim Perdana Kusuma, Makassar, Jakarta Timur tersebut menderita sakit setelah dipukuli oleh kakak kelasnya.
Renggo sempat bercerita, peristiwa pemukulan terjadi karena kakak kelasnya yang berinisial S tidak terima Renggo menyenggol minumannya.
Buntut dari peristiwa ini, Kepala Sekolah SDN 09 Makasar, tempat Renggo bersekolah, Sri Hartini bakal dicopot dari jabatannya. Sebab, dia dianggap telah lalai mengawasi anak muridnya. [republika]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar