Langit kekuningan kala petang itu menyinari Jakarta bagian pusat. Eyang
Wimo masih terduduk di teras rumah yang letaknya di Jl Percetakan
Negara, Jakarta Pusat setelah berbagi kisah perjuangan kepada para
cucunya.
Datang kemudian dua orang pengurus DPD Legiun Veteran
Republik Indonesia (LVRI) ke rumah itu. Sekedar saling tanya kabar
sesama pejuang yang merintis dan mempertahankan kemerdekaan RI.
“Apa
kabar, Pak Wimo? Sehat-sehat saja, kan? Keluarga sehat?” tanya Ngadimin
yang merupakan Sekretaris DPD LVRI DKI Jakarta, Kamis (20/3/2014)
petang itu.
“Ya, ya, sehat-sehat saja semuanya,” jawab Eyang Wimo.
“Soal
pengajuan renovasi rumah Bapak, kami masih belum mendapat informasinya.
Semoga secepatnya pemerintah memberikan anggaran,” kata Ngadimin.
“Ya,
tidak apa-apa. Sudah lama keadaan saya begini, sudah biasa.
Ngomong-ngomong sebentar lagi mau Pemilu. Saya berharap kepada Jokowi.
Saya rasa Jokowi akan lebih memperhatikan veteran seperti kita ini,”
ujar Eyang Wimo membuka percakapan baru.
Raut heran nampak di
wajah kedua pengurus LVRI itu. Agaknya mereka heran bagaimana bisa
seorang yang baru menjabat belum genap 2 tahun sebagai Gubernur DKI
Jakarta bisa diharapkan untuk memimpin Republik Indonesia.
Jangan heran mengapa saya berharap ke Jokowi. Dia punya kemiripan sifat
dengan Bung Karno. Sama-sama peduli dengan rakyat kecil, mau mendatangi
langsung rakyatnya,” tandas Eyang Wimo memotong keheranan kedua rekan
perjuangannya itu.
“Juga kalau masih banyak orang menganggap
pekerjaan Jokowi di Jakarta itu belum tuntas, bagi saya itu adalah
pikiran sempit. Jokowi bukan hanya untuk Jakarta saja, tapi Jokowi untuk
Republik Indonesia. Coba lihat sistem yang sudah dibuat Jokowi,
siapapun yang meneruskan pasti bisa melanjutkan pembangunan Jakarta,”
papar Eyang Wimo.
Mengangguk-angguk meski nampak belum yakin,
kedua rekan Eyang Wimo itu seperti merasa ada yang mengganjal. Namun
Eyang Wimo tetap kukuh pada pilihannya.
“Menurut saya untuk kali
ini memilih Presiden ketujuh, dalam Basa Jawa yang tujuh itu artinya
‘pitu’, yang juga dimaknai sebagai ‘pitulungan’ (pertolongan). Dari
sikap Jokowi itu sepertinya dia bisa memberi pertolongan kepada rakyat
kecil,” ucap Eyang Wimo lagi.
Sementara tokoh capres lain menurut
Eyang Wimo yang mengikuti perkembangan zaman sejak merintis kemerdekaan
itu masih memiliki kekurangan. Rekam jejak masa lalu menjadi salah satu
pertimbangan Eyang Wimo untuk memilih.
“Yang jelas revolusi
belum selesai. Secara konstitusional memang kita sudah merdeka, tapi
secara kesejahteraan kita masih belum,” tutur Eyang Wimo menutup
pembicaraan di petang itu.
Sumber :
detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar