Surat kabar mingguan The Economist menyampaikan pandangannya
terkait dengan pemilihan Presiden Indonesia. Surat kabar yang berbasis
di Inggris itu menyiratkan dukungannya terhadap pasangan Joko Widodo dan
Jusuf Kalla. "Seorang
politikus lurus hati memberi harapan lebih depan ketimbang seorang
jenderal era Soeharto bagi masa depan Indonesia," bunyi kalimat pertama
dalam opini The Economist yang berjudul Competing Visions.
Jokowi
disebut sebagai pemimpin yang belum pernah ada di Indonesia sebelumnya.
"Dia bukan seseorang yang berasal dari sarang kelahiran pemimpin
politik Indonesia: dinasti politik dan bisnis itu-itu saja dengan
kroni-kroninya yang kotor." Mereka menyebut Jokowi sebagai pemimpin
bersih yang pragmatis.
"Jokowi bisa membawa perubahan nyata di
Indonesia," bunyi salah satu bagian dalam opini surat kabar ini. Ia
dianggap merepresentasikan sesuatu yang baru di Indonesia. Seseorang
yang mengawali kariernya dari struktur pemerintahan kecil, Wali Kota
Solo, menjadi gubernur yang disanjung karena kemampuannya memimpin
wilayah.
"Jokowi punya rekam jejak bagus dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi di Indonesia," ujar The Economist.
Ia dinilai mampu mengefisiensikan masalah birokrasi dan tegas pada
pejabat yang dianggap bekerja lambat. Terutama, ia dikenal mampu bekerja
sama dengan orang-orang dari lain etnis. Wakilnya saat melaju jadi
pemimpin DKI Jakarta adalah Basuki Tjahaja Purnama, keturunan Tionghoa
beragama Kristen.
The Economist juga menilai Jokowi
disayangi investor asing karena dianggap mendukung ekonomi liberal. Ia
juga dianggap mampu menekan subsidi bahan bakar yang dianggap membebani
dan menaikan pagu pendidikan nasional.
Namun The Economist juga mencatat kelemahan Jokowi. "Karena kurangnya pengalaman, kami masih belum tahu pandangannya tentang politik luar negeri." The Economist juga mengkhawatirkan kemampuannya menangani masalah politik di tingkat elite tertinggi. [tempo]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar