Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Jakarta, Victor
Silaen mengemukakan dari hasil survei lembaga psikologi, Jokowi-JK
memiliki modal kepribadian yang lebih dari cukup untuk menjadi presiden.
Hasil survei Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi UI
bekerja sama dengan Ikatan Psikologi Klinis Indonesia, Ikatan Psikologi
Sosial Indonesia, dan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran,
Bandung, mengenai kepribadian calon presiden dan calon wakil presiden
menjadi penuntun yang mencerahkan bagi masyarakat dalam menggunakan hak
pilih pada Pilpres 9 Juli.
Hasil survei para ahli psikologi yang diumumkan Prof Dr Hamdi Muluk
(3/7/2014) mengungkapkan karakter masing-masing capres dan cawapres. Prabowo
disebutkan sebagai sosok yang ambisius, tegas dan berani, sedangkan
Jokowi adalah sosok pekerja keras, sederhana dan jujur. Sementara
cawapres Hatta Rajasa disebutkan sebagai sosok yang tenang, cerdas dan
oportunis, sedangkan Jusuf Kalla disebut sebagai berani, tegas dan
cerdas.
Menurut Victor sosok yang ambisius cenderung tidak mau mendengar
masukan dari sekitarnya walau masukan itu sebenarnya baik dan
komprehensif. Sosok yang ambisius hanya mendengarkan suaranya sendiri.
Keberanian memang diperlukan untuk menjadi pemimpin, tetapi
keberanian yang dibutuhkan negara ini adalah keberanian mengambil
keputusan pada saat dibutuhkan dan mengambil risiko, bukan keberanian
yang dipersepsikan sebagai berani menghadapi musuh, karena kita tidak
hidup dalam zaman perang.
‘’Apalagi kalau sosok itu emosional maka dalam mengambil keputusan
bisa kacau,’’ kata Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan
Jakarta, Victor Silaen, di Jakarta Jumat (4/7/2014).
Sedangkan Jokowi sebagai sosok pekerja keras, sederhana dan jujur
menjadi modal yang lebih dari cukup untuk memimpin negeri ini. Jokowi
merupakan sosok pemimpin yang berbeda dengan model pemimpin yang ada
selama ini. Dia bekerja siang malam, tidak mengenal hari libur, tidak
mengenal istirahat, berbeda dengan model sosok pemimpin yang selama ini
lebih banyak di belakang meja dan menerima laporan. Jokowi benar-benar
melayani rakyat.
‘’Jokowi bukan tipe pemimpin yang emosional sehingga layak dipilih
menjadi pemimpin. Lagi pula dia sederhana dan jujur,’’ katanya.
Mengenai dua sosok cawapres, ada catatan mengenai Hatta Rajasa.
Mantan Menko Perekonomian itu memang disebut cerdas dan tenang, namun
oportunis. Seorang oportunis biasanya mencari jalan aman, tetapi aman
dan baik bagi dirinya sendiri. Sosok yang oportunis lebih mementingkan
dirinya sendiri.
Sedangkan Jusuf Kalla selama ini sudah dikenal sebagai sosok yang
tegas dan cerdas. Itu sudah terbukti saat menjabat wakil presiden.
‘’Berkali-kali saya mencoba mencari kelemahannya, tapi saya tidak
menemukan. Memang saya pernah mendengar dia memarahi kelompok Kristen
dalam kasus Poso beberapa waktu lalu. Tetapi ternyata dia juga melakukan
hal yang sama untuk kelompok Muslim. Jadi dia marah dua-duanya. Dia
berlaku seimbang untuk kepentingan nasional,’’ kata Victor. [tribun]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar