Jumat, 04 Juli 2014

Ahli Psikologi Sebut Jokowi-JK Paling Layak

Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Jakarta, Victor Silaen mengemukakan dari hasil survei lembaga psikologi, Jokowi-JK memiliki modal kepribadian yang lebih dari cukup untuk menjadi presiden.
Hasil survei Laboratorium Psikologi Politik Fakultas Psikologi UI bekerja sama dengan Ikatan Psikologi Klinis Indonesia, Ikatan Psikologi Sosial Indonesia, dan Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran, Bandung, mengenai kepribadian calon presiden dan calon wakil presiden menjadi penuntun yang mencerahkan bagi masyarakat dalam menggunakan hak pilih pada Pilpres 9 Juli.
Hasil survei para ahli psikologi yang diumumkan Prof Dr Hamdi Muluk (3/7/2014) mengungkapkan karakter masing-masing capres dan cawapres. Prabowo disebutkan sebagai sosok yang ambisius, tegas dan berani, sedangkan Jokowi adalah sosok pekerja keras, sederhana dan jujur. Sementara cawapres Hatta Rajasa disebutkan sebagai sosok yang tenang, cerdas dan oportunis, sedangkan Jusuf Kalla disebut sebagai berani, tegas dan cerdas.
Menurut Victor sosok yang ambisius cenderung tidak mau mendengar masukan dari sekitarnya walau masukan itu sebenarnya baik dan komprehensif. Sosok yang ambisius hanya mendengarkan suaranya sendiri.
Keberanian memang diperlukan untuk menjadi pemimpin, tetapi keberanian yang dibutuhkan negara ini adalah keberanian mengambil keputusan pada saat dibutuhkan dan mengambil risiko, bukan keberanian yang dipersepsikan sebagai berani menghadapi musuh, karena kita tidak hidup dalam zaman perang.
‘’Apalagi kalau sosok itu emosional maka dalam mengambil keputusan bisa kacau,’’ kata Pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan Jakarta, Victor Silaen, di Jakarta Jumat (4/7/2014).
Sedangkan Jokowi sebagai sosok pekerja keras, sederhana dan jujur menjadi modal yang lebih dari cukup untuk memimpin negeri ini. Jokowi merupakan sosok pemimpin yang berbeda dengan model pemimpin yang ada selama ini. Dia bekerja siang malam, tidak mengenal hari libur, tidak mengenal istirahat, berbeda dengan model sosok pemimpin yang selama ini lebih banyak di belakang meja dan menerima laporan. Jokowi benar-benar melayani rakyat.
‘’Jokowi bukan tipe pemimpin yang emosional sehingga layak dipilih menjadi pemimpin. Lagi pula dia sederhana dan jujur,’’ katanya.
Mengenai dua sosok cawapres, ada catatan mengenai Hatta Rajasa. Mantan Menko Perekonomian itu memang disebut cerdas dan tenang, namun oportunis. Seorang oportunis biasanya mencari jalan aman, tetapi aman dan baik bagi dirinya sendiri. Sosok yang oportunis lebih mementingkan dirinya sendiri.
Sedangkan Jusuf Kalla selama ini sudah dikenal sebagai sosok yang tegas dan cerdas. Itu sudah terbukti saat menjabat wakil presiden.
‘’Berkali-kali saya mencoba mencari kelemahannya, tapi saya tidak menemukan. Memang saya pernah mendengar dia memarahi kelompok Kristen dalam kasus Poso beberapa waktu lalu. Tetapi ternyata dia juga melakukan hal yang sama untuk kelompok Muslim. Jadi dia marah dua-duanya. Dia berlaku seimbang untuk kepentingan nasional,’’ kata Victor.  [tribun]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar