Minggu, 15 Juni 2014

PKS Ancam Keluar Koalisi Jika Prabowo-Hatta Minta Donasi, Mana Buktinya?

Pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa akhirnya mengikuti langkah rivalnya, Joko Widodo-Jusuf Kalla, yang membuka rekening untuk partisipasi masyarakat dalam kampanye Pilpres 2014. Tim pemenangan pasangan nomor dua ini merasa perlu fokus untuk menggalang dana dari rakyat.
"Dasar pertimbangannya, untuk membantu pemenangan timkamnas perlu dibentuk komite yang memfokuskan kegiatan pada pengumpulan dana masyarakat secara gotong royong," kata Direktur Komunikasi dan Media Timkamnas Prabowo-Hatta, Budi Purnomo Karjodihardjo di Jakarta, Jumat (13/6/2014).
Para pengurus dan susunan personalianya sudah disahkan berdasarkan SK Koalisi Prabowo - Hatta , No. Kep-001/Timkamnas-Relawan/VI/2014 tentang Pembentukan Komite Dana Aspirasi Indonesia Bangkit pada tanggal 10 Juni 2014. Surat diteken oleh Mahfud MD dan Fadli Zon.
Komite bertugas untuk melakukan dan mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan dana sumbangan yang dikumpulkan secara sukarela dari masyarakat. Adapun nomor rekening Dana Aspirasi Indonesia Bangkit ada di Bank Mandiri No. Rek. 122-00-666-00-799 a/n. Prabowo - Hatta.
Jika melihat ke belakang, langkah tim pasangan nomor urut dua ini agak mengejutkan mengingat mereka sempat mengejek Jokowi-JK soal rekening gotong royong. Bahkan, pernah politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mahfudz Siddiq mengingatkan Prabowo-Hatta agar tidak meminta bantuan finansial kepada siapa pun untuk kepentingan pilpres.
Tidak hanya itu, anggota DPR ini mengancam, PKS akan keluar dari koalisi jika Prabowo-Hatta meminta-minta uang kepada rakyat.
"Dari awal, kenapa PKS berkoalisi dengan Prabowo-Hatta, karena mereka itu tegas menyatakan tidak akan meminta-minta amunisi kepada rakyat yang masih banyak hidup dalam kesulitan ekonomi," kata Mahfudz di Jakarta, Rabu 4 Juni lalu.
Menurut Mahfudz, perilaku meminta-minta yang dilakukan oleh calon pemimpin sangat tidak baik bagi pendidikan mental. Dia menambahkan, yang dibutuhkan Prabowo-Hatta dalam konteks pilpres adalah kepercayaannya masyarakat untuk memilihnya menjadi presiden. Sebab, Prabowo tidak butuh uang dari masyarakat.
"Kepercayaan masyarakat itu yang lebih penting untuk memimpin bangsa ini. Prabowo tidak butuh uang dari masyarakat. Kalau kepercayaan dapat, Prabowo akan amanah dan melindungi rakyat Indonesia," ujar Mahfudz.
Sekarang Prabowo-Hatta sudah buka rekening yang disebut Mahfudz "minta-minta", apakah PKS benar-benar bertindak seperti yang dijanjikannya, atau jangan-jangan bualan PKS semata seperti bualan lain yang sering dilontarkan PKS.   [merdeka]

3 komentar:

  1. Rakyat miskin tdk sudi bayar pajak bila untuk dikorupsi. Rakyat miskin senang terima BLT/BLSM, jamkesmas, raskin, bansos, bahkan serangan pajar (money politic) TAPI rakyat miskin tdk sudi pilih partai / pemimpin korup walau telah bagi2 uang.
    Untuk dana kampanye, walaupun kami sebagian besar rakyat miskin tapi demi pemimpin yg bersih dan merakyat maka kami ikhlas sumbangkan uang walau 1000 perak utk anggaran kampanye pemenangan Jokowi-JK sbg capres/cawapres 2014-2019.

    BalasHapus
  2. pks adalah partai asbun dan tdk pernah konsisten dgn ucapannya, team pengumpulan dana dari masyarakat sfh terbentuk no rekening sdh dibuka, pks blm menyatakan mundur dari koalisi prahara,
    kita tunggu janjinya tetapi saya yakin mrk lebih tertarik kekuasaan dari pada mengikuti ucapannya. pks ( partai kekuasaan semata) pks( partai kentut sembarangan) sdh tua tua tp mempermalukan dirinya hanya demi rupiah..
    terlalu......

    BalasHapus
  3. Pada mulanya saya juga bersu’u zhon akan perlunya sumbangan rakyat ke pilpres. Namun kemudian kami melakukannya juga dengan keikhlasan demi pemberdayaan dan pembelajaran politik negeri ini. Itu bukanlah sekedar sumbangan untuk pemenangan kepentingan belaka namun suatu ikatan kebersamaan akan adanya ‘pinjaman yang tak perlu dikembalikan dari rakyat’ (harapan) agar mereka (pasangan Jokowi – JK) mengingatnya sebagai bentuk kepedulian pendukungnya dan juga Insya Allooh juga akan mengingatkan adanya ‘pinjaman yang tak mampu dikembalikan dari Tuhan’(amanah) agar menjadi tetap istiqomah menjalani kepemimpinannya. Ini hanya pasemon (sindiran) wong cilik yang bicara tanpa kata bahwa mungkin lebih baik mengemis kepada rakyat (jika kemudian tahu diri untuk tidak mencederai kepercayaan yang tulus dan pengharapan yang murni dari rakyat untuk pengabdiannya kelak) daripada mengemis untuk menjadi pejabat (cari balen dan baten agar tidak sekedar balik modal atas ‘peraihan’ suara namun bisa cari keuntungan walau dengan melacurkan amanah rakyat dengan korupsi, transaksi dan manipulasi jabatannya). Ini adalah doa tanpa kata dari rakyat jelata (baca: kepercayaan rakyat) kepada Tuhan (baca : amanah kepemimpinan). Bukan sekedar untuk kemenangan pilihan 2014 (yang mungkin saja bisa kalah) tetapi hingga keberkahan 2019 (agar tetap istiqomah di JalanNya). Benar dan tidak salah tidak masalah menang atau kalah. Karena wong cilik lebih memahami apa yang telah ditanamnya di dunia ini (walau tampak percuma di dunia) akan diterimanya di akherat nanti.
    Tak perlu cemas karena memang Tuhan bisa membedakan antara keikhlasan (lillaah, billaah, fillaah) dan kepamrihan (ilayaa, ilainaa, ilaihim). Jangan mengikuti jika tidak mengerti (karena memang yang tersirat di kedalaman pastilah akan tidak sama sebagaimana yang terlihat di permukaan) ; jangan berburuk sangka jika tidak mampu mencernanya (karena cahaya yang terangpun akan tampak tidak ada bagi orang yang telah buta/ tengah lupa) ; jangan berusaha memperdayainya jika bijak akan akibatnya (karena walaupun bisa memperdayai manusia yakinlah bahwa tidak mungkin kita semua memperdayai Tuhan yang melihat kita semua bukan saja dari tindakan dan pembicaraan namun juga dari segala gerak-gerik hati yang mencari-cari pembenaran dan penghindaran kegelisahan diri).
    Namun demikian, kami mempersilakan untuk mencobanya karena tiada haq bagi kami untuk melarangnya.

    BalasHapus