Pencitraan dizalimi yang diduga dilakukan kubu capres PDIP Jokowi,
sehingga terkesan teraniaya, dinilai efektif untuk meraup suara
masyarakat yang tinggal di pedesaan atau masyarakat kelas menengah
kebawah.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah, Zaki Mubarok, mengatakan pencitraan dizalimi tidak
begitu efektif untuk masyrakat perkotaan dan kelas menengah atas karena
mempunyai pengalaman berpolitik yang cukup.
"Untuk perkotaan,
(pencitraan dizalimi) tidak efektif. Yang disasar dari pencitraan palsu
adalah masyarakat menengah ke bawah dan pedesaan. Yang pengalaman
politiknya tidak tinggi.
Di desa-desa, kuat kesan masyarakat bahwa
Jokowi dizalimi, disakiti. Jokowi membaca itu sehingga bermain
pencitraan palsu seolah dizalimi," ujar Zaki saat dikonfirmasi, Minggu
(11/5/2014).
Zaki berpendapat seharusnya di negara demokrasi
modern, tidak lagi bermain pencitraan palsu demi meraup suara dalam
sebuah pemilu. Menurutnya akan lebih sehat jika para kandidat beradu
visi misi dan gagasan ketimbang hanya bermain di sisi pencitraan.
"Karena
Jokowi sepertinya tidak punya visi misi, gagasan, dan argumen yang
kuat, maka dia bermain di pencitraan palsu yang sangat sederhana. Karena
(yang disasar) adalah masyarakat menengah kebawah," tukasnya. [tribun]
Indonesia negara hukum bro. Anda intelektual, berani tuduh berarti punya bukti dan saksi. Tunjukkan bukti dan saksi tsb segera! Jangan sampai profil intelektual anda rusak dg sendirinya karena disamakan dg orang tak berpendidikan.
BalasHapusMereka itu pengamat politik atau tkg fitnah sih? Atau provokator kali yah? Sulit dibedakan!
BalasHapussaling tuduh, saling serang, saling fitnah seperti mewarnai politik kita...... Dan kita Bangga dengan ini semua? Revolusi menta sebuah keharusan. Agar bangsa ini menjadi bangsa yang penuh kedamaian, makmur, sejahtera dan agamis.
BalasHapus