Minggu, 11 Mei 2014

Ini Kata Tweeps Soal Revolusi Mental Jokowi

Beragam tanggapan muncul dari pengguna Twitter tentang tulisan calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo, berjudul Revolusi Mental di sebuah koran nasional.
Banyak tweeps, sebutan pengguna jejaring sosial micro blogger itu, yang mencibir tulisan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Sebagai contoh Heriady Hrd, pemilik akun @heri015, yang mempertanyakan makna Revolusi Mental. "Revolusi mental? Termasuk mental plin plan, sekarang bilang itu besok ini, termasuk mental jongos, apa-apa tanya Bu Mega," tulisnya seperti dikutip Tempo, Minggu (11/5/2014).
Ada lagi, Okan H. Winata pemilik akun @OkanHadiwinata. Ia langsung menyebut Revolusi Mental menjadi mental jongos. Tak berhenti di situ, nada miring soal tulisan Jokowi disuarakan Mustofa Nahrawardaya dalam akun @MustofaNahra: "revolusi mental penulisnya."
Bahkan, ada pula tweeps yang meremehkan tulisan Joko Widodo. Seperti kicauan Adrian Danar W dalam akun @adriandanarw yang menyebut tulisan mantan Wali Kota Surakarta itu jelek dan tak berkualitas. "Kalau cuma dengan pemikiran begitu, banyak mahasiswa yang layak jadi capres." (Baca: Pro-Jokowi Laporkan 'RIP Jokowi' ke Polisi)
Namun, tak sedikit pula pengguna Twitter yang menanggapi positif Revolusi Mental. Dikutip dari akun milik Caroline, @bookfother, dia menyatakan setuju dengan visi dan misi Joko Widodo. Salah satu yang paling ia suka adalah revolusi mental penghianat dan ingkar janji. Ada pula kicauan Barkah pemilik akun @barkahjogis, yang mengapresiasi tulisan Jokowi. "Bukti Jokowi bukan boneka dan tak punya konsep."
Adapun Jokowi berpendapat, revolusi mental dibutuhkan dalam situasi bangsa seperti sekarang ini. Menurut dia, revolusi mental dibutuhkan dari negativisme menuju positivisme. Salah satu revolusi mental yang dibutuhkan adalah dalam sistem pendidikan yang harus dimulai dengan pembangunan karakter dan mental. "Kita harus mengubah kurikulum sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas. Pembangunan karakter harus menjadi fokus utama kurikulum pendidikan," katanya.
Selain masalah pendidikan, Jokowi menilai revolusi mental juga harus dilakukan meningkatkan rasa cinta pada negara dan wawasan kebangsaan. Menurut dia, penguatan wawasan kebangsan yang menjadi pilar ini dapat dipupuk melalui bela negara atau national service ke daerah-daerah. "Jadi kalau ditanya arah negara mau ke mana, semuanya arahnya sama. Revolusi mental kita memang seperti ini," katanya.  [Indra Wijaya/tempo]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar