Senin, 28 Oktober 2013

Pencitraan Jokowi Karena Prestasi, SBY Karena Terzolimi

Eforia Joko Widodo (Jokowi) semakin memuncak walau LSI menyatakan Jokowi hanya presiden wacana, namun Jokowi riil di hati rakyat dan pendukungnya. Jokowi semakin hari semakin dipuja, walau tak luput dari hinaan dan kritikan pedas para pembencinya. Baik secara terang-terangan seperti Amin Rais, Ruhut Sitompul,Farhat Abbas dan Nurhayati. Atau tak kasat mata seperti akun-akun di dunia maya yang siap menyerang Jokowi di setiap berita yang mereka anggap sebagai pencitraan Jokowi saja.
Citra Jokowi sudah tertanam baik di hati rakyat dan pendukungnya yang sudah bosan dengan kebobrokkan pemimpin yang sekarang. Kerinduan sosok pemimpin yang bisa membawa perubahan terjadi lagi seperti saat dulu. Roda sejarah kembali berputar. Dulu di era SBY awal menapaki karirnya sebelum menjadi presiden RI tahun 2004. SBY juga diharapkan mampu memberi perubahan untuk negeri ini.
Dulu rakyat simpati kepada SBY karena “image” yang ditanamkan sebagai orang yang terzolimi oleh pemerintahan Megawati. Dimana Sby sebagai menteri mengundurkan diri (waktu itu dikabarkan "disingkirkan" Megawati) karena bersebrangan dengan kebijakan Megawati saat itu. Inilah yang membuat rakyat bersimpati kepada SBY dan kemudian rakyat mencoblos partainya yang berlambang mercy itu.
Hal ini terjadi juga karena kesalahan Megawati yang selalu menyindir-nyindir SBY (tidak terang-terangan membuka masalah SBY ke publik), disetiap kesempatannya tampil di media. Sehingga pamor SBY juga semakin menjulang gilang-gemilang dan akhirnya bisa mengalahkan Megawati di pilpres 2004 lalu.
Tidak dipungkiri banyak juga perubahan yang diberikan oleh pemerintahan SBY selama 2 periode berkuasa. Minimal kebebasan pers dan kebebasan berpendapat yang dibuka seluas-luasnya. Hal ini menjadikan berkembangnya bisnis media dan juga munculnya para kritikus dan pengamat sosial yang bisa tiba-tiba beken lewat media televisi,media cetak maupun media sosial.
Lain SBY lain pula Jokowi. Jokowi mendapat simpati rakyat bukan karena dia terzolimi. Jokowi adalah sosok yang menunjukkan prestasi kerjanya ketika menjabat jadi walikota Solo dan sampai menjadi Gubernur DKI, Jokowi terus memberikan perubahan-perubahan dengan hasil kerja dan prestasinya.
Perbedaan yang cukup mencolok ini sudah disadari oleh rakyat dan pendukungnya. Rakyat tak akan tertipu untuk ketiga kalinya jika memilih Jokowi menjadi Presiden RI tahun 2014 ini. Jokowi telah menunjukkan keberhasilan yang “signifikan” di DKI.
Dengan prestasinya itu Jokowi mampu menunjukkan bahwa seorang pemimpin itu ya harus mengabdi dan bekerja untuk melayani rakyatnya. Dan inilah yang tak dimiliki oleh capres yang lain. Walau capres lainnya sudah mati-matian menaikan elektabilitasnya dengan cara-cara konvensional dengan iklan dan juga mungkin dengan iming-iming uang dan hadiah-hadiah. Namun tak bisa mengimbangi Jokowi yang sederhana dan bekerja ikhlas untuk rakyat saja.
Inilah yang sangat membedakan antara pencitraan Jokowi dan SBY dulu. Dari sini rakyat bisa yakin dan terus semangat mendukung Jokowi. Walau tanpa iklan yang jor-joran dari Jokowi, namun dengan sendirinya berita baik dan prestasi Jokowi selalu menghiasi media baik milik lawan maupun kawan. [/Gunawan]

Sumber :
kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar