Warga Warakas mendukung langkah lurahnya, Mulyadi, menentang
kebijakan seleksi dan promosi jabatan terbuka atau yang biasa disebut
dengan lelang jabatan lurah dan camat. Bahkan, ada yang sampai menyesal
memilih Jokowi karena hal ini.
"Setelah ada lelang jabatan,
menyesal saya pilih Jokowi. Kemarin, pas Pak Mulyadi dirawat di rumah
sakit, beliau tetap mau melayani tanda tangan untuk kita semua. Mana
ada pejabat sakit masih mau melayani warganya? Pak Mulyadi juga yang
membimbing kita dari warga wilayah kumuh menjadi warga yang maju," kata
Teli, warga Warakas, kepada Kompas.com, di Warakas, Jakarta Utara, Rabu (1/5/2013).
Teli
mengatakan bahwa Mulyadi bukanlah sebuah "barang bekas". Jadi, ia tak
sepantasnya untuk dilelang. Menurut dia, jabatan camat dan lurah yang
kosong seharusnya yang menjadi prioritas Jokowi untuk menyelenggarakan
program tersebut.
Mulyadi, menurutnya, tidak pantas untuk diganti karena Mulyadi telah tujuh tahun mengabdikan hidupnya untuk warga Warakas.
"Pak
Mulyadi sudah terbukti kinerjanya di Warakas. Jokowi jangan asal
ganti-ganti saja. Kami senang dengan kinerja beliau," cetus Teli.
Bahkan,
ia meyakini kalau pasti banyak pegawai negeri sipil (PNS), lurah, atau
camat yang tidak setuju dengan program unggulan Jokowi tersebut.
Menurutnya, hanya Mulyadi yang berani melawan Jokowi dan menuding lurah
dan camat definitif lainnya hanya sebatas asal bapak senang (ABS).
Teli
pun menjabarkan berbagai penghargaan yang pernah diraih wilayahnya
saat dipimpin oleh Mulyadi, antara lain, Juara II Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat Jakarta Utara tahun 2008, Juara I Bulu Tangkis Ganda Putra
Jakarta Utara tahun 2009, Juara I Lomba Keterampilan Menyuluh Posyandu
tahun 2010, dan Juara I Lomba Rumah Sehat dan Pemanfaatan Tanah
Pekarangan 2010.
Untuk diketahui, Lurah Warakas Mulyadi menolak untuk mengikuti proses seleksi promosi terbuka jabatan lurah. Saat proses tes online uji kompetensi bidang pun, ia tak mengikuti ujian tersebut.
Ia
akan mengajukan uji materi ke MK karena menurutnya ada yang tidak
sesuai dengan peraturan dan perundangan yang ada. Menurut Mulyadi,
terdapat 80 peserta uji kompetensi dari staf lurah sampai camat yang
tidak ikut ujian tersebut pada Sabtu dan Minggu kemarin. Ia pun sudah
berkoordinasi untuk menolak proses uji kompetensi tersebut.
Sumber :
megapolitan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar