Tingginya tingkat popularitas dan keterpilihan atau elektabilitas
Joko Widodo (Jokowi) di sejumlah survei dinilai anomali jika
dikaitkan dengan teori voting.
Pasalnya, Jokowi dianggap hanya memenuhi faktor restropektif namun tidak prospektif.
"Sebenarnya kita agak gila semua orang keranjingan Pak Jokowi
padahal tidak sepatah katapun kita dengar Pak Jokowi ini mau ngapain
kalau jadi presiden," kata pakar psikologi politik Universitas Indonesia
(UI) Hamdi Moeloek dalam acara rilis telesurvei yang diadakan Soegoeng
Sarjadi School of Government (SSSG) di hotel Four Seasons, Jakarta,
Kamis (13/3/2014).
Padahal secara rasional, kata dia, harus ada pertimbangan
retrospektif yaitu jejak rekam calon dan prospektif, seperti visi dan
program yang akan dilakukan oleh tokoh. Hal itu selayaknya tidak
dilakukan dalam waktu singkat.
"Kalau teori voting pemilih mendasarkan dua hal melihat restropektif
ke belakang artinya orang ini siapa, kedua prospektif apa yang
ditawarkan oleh tokoh itu," kata dia lagi.
Seperti dalam telesurvei hari ini, Jokowi kembali menjadi calon
presiden yang elektabilitasnya paling tinggi melalui jajak pendapat yang
dilakukan di 10 kota oleh SSSG.
Tingkat elektabilitas Jokowi yang kini menjabat gubernur DKI Jakarta
itu hingga 40,32 persen sementara calon lain menempati tingkat
elektabilitas yang jauh di bawah yakni 10,64 persen untuk Prabowo
Subianto dan Jusuf Kalla 6,08 persen.
Namun, kata Hamdi, publik "gila" yang keranjingan Jokowi itu dianggap
tak bisa dilepaskan dari sistem pemilu Indonesia yang terdiri dari
pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) yang tak
serentak.
Sehingga partai politik cenderung mengukur pileg lebih dahulu sebelum melambungkan nama calon presidennya.
Padahal untuk sosialisasi visi dan program ke depan selayaknya,
menurut Moeloek, dibutuhkan satu hingga dua tahun untuk meyakinkan
publik. Dalam masa-masa itu survei pula dianggap akan makin efektif
mengukur elektabilitas.
"Ini (kurangnya prospektif) yang jadi problem," ujarnya.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar