Kamis, 03 April 2014

Populi: Kaum Profesional Jakarta Suka Jokowi, Tapi Tak Sudi PDIP

Menurut hasil survei yang dilakukan Populi Center terhadap kaum profesional di Jakarta, elektabilitas calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo (Jokowi) lebih tinggi di antara kandidat lain. Namun pencalonan Jokowi sebagai presiden dianggap belum signifikan mendongkrak elektabilitas partai banteng bermoncong putih ini.
Sebagaimana hasil survei yang dilakukan lembaga riset ini terhadap 1.200 profesional Jakarta di empat wilayah kota selama empat hari terakhir, elektabilitas Jokowi hingga 48,67 persen mengungguli calon presiden lainnya. Namun elektabilitas PDIP sendiri hanya 24 persen, tak sampai 50 persen dari Jokowi.
Menanggapi hasil survei Populi Center itu, pakar komunikasi politik dari Universitas Indonesia (UI) Effendi Ghazali menilai belakangan fenomena yang terjadi dalam masyarakat adalah cenderung memusatkan perhatian pada figur ketimbang partai politik. Berdasarkan survei itu kata dia memang belum terlihat peningkatan elektabilitas PDIP setelah pencalonan Jokowi sebagai calon presiden (capres).
"Ada 48 persen elektabilitas (Jokowi) tapi kalau dikaitkan dengan partainya setengahnya di Jakarta ya, jadi calon pemilih rasional Jakarta masih tetap membedakan antara Jokowi sebagai capres dan partai yang mendukungnya," demikian kata Effendi Ghazali di kawasan Thamrin, Jakarta, Kamis (3/4/2014).
Oleh karena itu PDIP dianggap masih harus terus berupaya meningkatkan elektabilitasnya antara lain dengan "menjual" kapabilitas Jokowi. Elektabilitas PDIP dianggap masih kurang sebab untuk memajukan Jokowi sebagai presiden maka partai politik tersebut memerlukan suara yang memenuhi ambang batas di pemilu legislatif mendatang.
Ditambahkan Effendi, posisi calon wakil presiden (wapres) Jokowi juga menjadi hal yang penting jika partai itu ingin mengantarkan mantan wali kota Solo itu menjadi RI 1.
"Justru ketika angka 20-an persen, maka posisi cawapres teramat menentukan dan tidak bisa lagi seperti kondisi kita pada 2009 dulu. Saat itu diistilahkan Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) maju dengan sandal jepit juga pasti menang," kata dia.
Posisi cawapres dinilai akan sangat menentukan keberhasilan Jokowi. "Kalau tidak mengambil sosok yang tepat kemudian ternyata cawapres itu diambil yang lain maka akan jadi persoalan, dan bakal mengubah peta politik," tutur Effendi.

Sumber :
beritasatu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar