Kamis, 03 April 2014

Jualan Gerindra Tak Akan Laku Lagi

Calon presiden dari PDIP Joko Widodo (Jokowi) dan capres yang diusung Partai Gerindra Prabowo Subianto paling banyak menyedot perhatian publik.
Keduanya menjelang Pemilu Legislatif 9 April nanti, makin gencar mendekati pihak-pihak yang dianggap bisa memberi dukungan suara. Jokowi, yang sudah dikenal dengan gaya blusukannya, diketahui banyak mendapat simpati di hati masyarakat.
Belakangan, Jokowi dan Prabowo saling gencar berkampanye. Dalam sejumlah kampanyenya, Prabowo kerap melontrakan sindirian-sindiran negatif yang ditujukan ke capres lain yang menjadi saingannya.
Publik menilai bermacam sindiran miring itu ditujukan kepada Jokowi.
Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS) J. Kristiadi menyoroti kampanye gaya Prabowo. "Kampanye mendesak dan ada imej terlalu keras pada Jokowi," kata Kristiadi sebelum acara diskusi di Gedung Joang 45 Jln Menteng Raya Jakarta Pusat, Kamis (3/4/2014).
Kristiadi menilai gaya kampanye Prabowo yang seperti itu malah dapat merugikan Prabowo sendiri. "Kalau itu overdosis akan menjadi bumerang pada Prabowo," ujar dia mengingatkan.
Pria berkacamata yang menjadi peneliti senior CSIS ini juga melihat bahwa fenomena Jokowi bisa seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika dulu hendak naik menjadi Presiden. "Jokowi bisa jadi SBY kedua, kalau dipojokkan masyarakat akan iba," kata Kristiadi. "Tapi jualan seperti itu terlalu sering maka tak akan laku lagi," kata dia melanjutkan.
Adapun Ketua Forum Masyarakat Peduli Pemilu Indonesia (Formappi) Sebastian Salang mengatakan faktor yang menjadi pendorong perolehan suara di ajang Pileg adalah figur capres.
"Apakah capres PDIP itu bisa menarik suara masyarakat? Atau apakah Prabowo dapat menarik masyarakat? Kalau rendah, maka akan terbagi ke semua partai," ujar Sebastian di tempat yang sama.

Sumber :
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar