Meski hasil pemilu legislatif belum juga diketahui secara pasti, namun Partai Amanat Nasional (PAN) justru semakin percaya diri menghadapi pemilu presiden (pilpres). PAN sangat yakin bisa berperan sebagai "poros tengah" seperti pada tahun 1999 yang lalu yang berhasil meruntuhkan kebesaran PDIP dan menyeret Ketua Umumnya hanya sebagai wakil presiden lewat aksi poros tengahnya. Keyakinan inilah yang diyakini membuat semua capres akan bergantung sepenuhnya dengan komando PAN.
Oleh karena itu PAN sangat yakin bisa memainkan peran central dalam format koalisi untuk pilpres Juli 2014 yang akan datang.
Wakil Ketua Umum PAN, Dradjad H Wibowo mengatakan, partainya mengincari setidaknya satu kursi dari 77 daerah pemilihan. Namun, Dradjad mengatakan bahwa kemungkinan besar kursi DPR untuk PAN di atas 60 buah, sehingga bisa menjadi penyeimbang dalam koalisi pasca-pileg. “Kalau kursi PAN cukup besar, minimal tidak jauh dari 60 kursi, maka peluang sebagai pemegang balance of power akan sangat besar," katanya, Sabtu (22/3/2014).
Dipaparkannya, partai dengan minimal 60 kursi di DPR tentu punya daya tawar kuat. Dengan posisi itu pula Dradjad meyakini partainya bisa memainkan peran penting. “Posisi itu bisa menjadi penentu dalam pemenangan pilpres," kata mantan anggota DPR RI periode 2004-2009 itu.
Meski demikian Dradjad menegaskan bahwa partainya belum memutuskan partai yang menjadi mitra koalisi untuk pilpres nanti. Sebab, sejauh ini partai pimpinan Hatta Rajasa itu baru sebatas menjalin komunikasi intensif dengan tokoh-tokoh partai lain.
"Bang Hatta dengan Jokowi sangat dekat. Demikian juga dengan Bu Megawati, Mas Prabowo, Bang Ical. Dengan keluarga SBY sudah jelas," imbuhnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua DPP PAN, Tjatur Sapto Edy. Menurutnya, survei yang dilakukan internal PAN menunjukkan partai berlambang matahari itu akan masuk ke dalam empat besar peraih suara terbanyak di pileg. "Berdasarkan survei terakhir kami, posisi PAN di pemilu legislatif itu adalah empat besar. Artinya kalau partai menengah bergabung, posisi tawarnya sangat kuat," katanya.
Ditambahkannya pula, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) atas permohonan uji materi UU Pilprs yang diajukan Yusril Ihza Mahendra membuat pilpres nanti paling banyak diikuti empat pasang calon. Sebab, dengan putusan MK maka syarat mengusung pasangan capres berdasarkan persentase suara di pemilu legislatif akan menggiring parpol-parpol untuk berkoalisi.
Tjatur menambahkan, selama ini PAN sangat terbuka dalam membuka komunikasi dengan partai-partai lain. Di sisi lain, kata Tjatur, ada partai yang justru sulit bekerjasama dengan partai lainnya sehingga hal itu menjadi peluang bagi PAN. “PAN bisa dengan siapa saja karena selalu menjalin hubungan baik," katanya.
Selain itu, Tjatur juga menyebut figur Hatta Rajasa sangat piawai dalam menjaga komunikasi dengan tokoh-tokoh partai lain. "Kita percaya diri jadi penentu koalisi ke depan, tentu bersama dengan yang lain," ucapnya.
Sementara Hatta dalam berbagai kesempatan belum mau membeber keputusan akhir tentang partai yang akan jadi mitra koalisi PAN. Ia hanya menyebut kemungkinan PAN berkoalisi dengan pihak manapun masih terbuka dan karena komunikasi politik yang baik.
Hatta yang sudah ditetapkan jadi capres dari PAN justru memilih membeber program partainya. Misalnya platform untuk konsisten dalam melaksanakan sistem perekonomian sesuai amanat Pasal 33 UUD 45.
Hatta juga menegaskan sikap partainya yang tak mau jadi antek asing meski hal itu bukan berarti anti-asing. “Duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa manapun di dunia," katanya.
Sumber :
jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar