Senin, 24 Februari 2014

Siapa pun Lawannya, Jokowi Tetap Berpeluang Besar

Elektabilitas dan popularitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sedang positif. Dalam beberapa hasil jajak pendapat, PDI-P kerap berada di peringkat pertama. Publik kini menantikan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang bakal diusung PDI-P. Ketua Umum (Ketum) DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) merupakan dua nama yang berpeluang menjadi capres. Elektabilitas Jokowi sendiri sebagai capres sangat signifikan.
Oleh karena itulah, partai politik (parpol) gencar melakukan komunikasi untuk menghadang langkah capres dan cawapres dari PDI-P. Belakangan mencuat kemungkinan Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto dipasangkan dengan Ketum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Kemudian ada juga wacana Ketum DPP Partai Golkar (PG) Aburizal Bakrie (ARB) dengan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat (PD) Pramono Edhie Wibowo.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Gun Gun Heryanto berpendapat, Jokowi tetap akan mengungguli pasangan Prabowo-Hatta maupun ARB-Pramono. Meskipun nantinya Jokowi dipasangkan dengan kader internal PDI-P.
“Kalau Jokowi maju capres, dan itu (Prabowo-Hatta dan ARB-Pramono) jadi lawan, tren sekarang Jokowi tetap unggul. Meski Jokowi berpasangan dengan kader internal PDI-P,” kata Gun Gun di Jakarta, Senin (24/2/2014).
Dia menyatakan, Jokowi bakal mendapat dukungan dari kalangan pemilih politik asosiatif. Artinya, pemilih mempertimbangkan pilihan pada sosok tokoh bukan identifikasi partai. “Jumlah pemilih politik asosiatif sangat banyak dan hampir sebagian besar swing voters (pemilih yang belum tentukan pilihan),” ujarnya.
Akan tetapi, menurutnya, PDI-P akan mengalami kegagalan dalam pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) jika mengusung Mega-Jokowi. “Kalau Mega-Jokowi, itu berat untuk berhadapan dengan pasangan lain. Apalagi jika Prabowo berkoalisi dengan PD dan PAN. Meski ada Jokowi yang damping Mega, itu tidak beri pengaruh bagi masyarakat. Mega-Jokowi hanya akan jadi strategi keliru,” tukasnya.
Menurutnya, PDI-P harus mengantisipasi manuver partai lain menjelang pilpres. “Satu hal yang kita bisa lihat dinamika belakangan adalah kemunculan godaan dari partai lain yang menggoda ikon mirip jokowi yaitu Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini). Bisa saja Prabowo gandeng Risma jadi RI 2,” katanya.
Dia menambahkan, sikap PDI-P yang belum menentukan capres dan cawapres berpeluang dimanfaatkan para kompetitor. “Sangat mungkin sosok Risma diambil partai lain. Ini bisa jadi dinamika baru dan mengubah peta pilpres,” imbuhnya.

Sumber :
beritasatu.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar