Elektabilitas dan popularitas Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDI-P) sedang positif. Dalam beberapa hasil jajak pendapat, PDI-P kerap
berada di peringkat pertama. Publik kini menantikan calon presiden
(capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yang bakal diusung PDI-P.
Ketua Umum (Ketum) DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri dan Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo (Jokowi) merupakan dua nama yang berpeluang menjadi
capres. Elektabilitas Jokowi sendiri sebagai capres sangat signifikan.
Oleh karena itulah, partai politik (parpol) gencar melakukan
komunikasi untuk menghadang langkah capres dan cawapres dari PDI-P.
Belakangan mencuat kemungkinan Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan
Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto dipasangkan dengan Ketum DPP
Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Kemudian ada juga wacana
Ketum DPP Partai Golkar (PG) Aburizal Bakrie (ARB) dengan anggota Dewan
Pembina Partai Demokrat (PD) Pramono Edhie Wibowo.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah, Gun Gun Heryanto berpendapat, Jokowi tetap akan
mengungguli pasangan Prabowo-Hatta maupun ARB-Pramono. Meskipun nantinya
Jokowi dipasangkan dengan kader internal PDI-P.
“Kalau Jokowi maju capres, dan itu (Prabowo-Hatta dan ARB-Pramono)
jadi lawan, tren sekarang Jokowi tetap unggul. Meski Jokowi berpasangan
dengan kader internal PDI-P,” kata Gun Gun di Jakarta, Senin (24/2/2014).
Dia menyatakan, Jokowi bakal mendapat dukungan dari kalangan pemilih
politik asosiatif. Artinya, pemilih mempertimbangkan pilihan pada sosok
tokoh bukan identifikasi partai. “Jumlah pemilih politik asosiatif
sangat banyak dan hampir sebagian besar swing voters (pemilih yang belum tentukan pilihan),” ujarnya.
Akan tetapi, menurutnya, PDI-P akan mengalami kegagalan dalam
pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres) jika mengusung
Mega-Jokowi. “Kalau Mega-Jokowi, itu berat untuk berhadapan dengan
pasangan lain. Apalagi jika Prabowo berkoalisi dengan PD dan PAN. Meski
ada Jokowi yang damping Mega, itu tidak beri pengaruh bagi masyarakat.
Mega-Jokowi hanya akan jadi strategi keliru,” tukasnya.
Menurutnya, PDI-P harus mengantisipasi manuver partai lain menjelang
pilpres. “Satu hal yang kita bisa lihat dinamika belakangan adalah
kemunculan godaan dari partai lain yang menggoda ikon mirip jokowi yaitu
Risma (Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini). Bisa saja Prabowo gandeng
Risma jadi RI 2,” katanya.
Dia menambahkan, sikap PDI-P yang belum menentukan capres dan
cawapres berpeluang dimanfaatkan para kompetitor. “Sangat mungkin sosok
Risma diambil partai lain. Ini bisa jadi dinamika baru dan mengubah peta
pilpres,” imbuhnya.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar