Politik pencitraan ala Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi)
dinilai sangat tidak efektif dalam membawa perubahan positif bagi Ibu
Kota Jakarta.
Komunikasi yang mandek dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) dan buruknya manajemen pemerintahan menjadi
persoalan klasik gaya kepemimpinan mantan Wali Kota Solo itu.
"Komunikasi
politiknya tidak berjalan. Hubungan dengan DPRD itu tidak lancar.
Padahal itu suatu kemutlakan karena dalam Undang-undang Pemda antara
gubernur dan DPRD itu satu dan tak boleh terpisah," ujar Anggota DPD RI
dari Provinsi DKI Jakarta, AM Fatwa, di Jakarta, Senin (24/2/2014).
Fatwa
menjelaskan, mandeknya komunikasi Jokowi dengan DPRD tentu akan menjadi
hambatan dalam mengembangkan ide-ide bagi pembangunan maupun perbaikan
Kota Jakarta. Sehingga, komunikasi itu ke depannya patut diperbaiki.
"Jokowi
hanya mengandalkan pencitraan diri dengan dukungan yang sebenarnya
fatamorgana untuk mendukung pemerintahannya. Amburadul dalam melakukan
perombakan birokrasi, manajemen pemerintahannya tidak berjalan,"
terangnya.
Fatwa yang juga pernah menjadi tahanan politik di era
mantan Presiden Soeharto ini kemudian membandingkan kualitas Jokowi
dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso.
Pola komunikasi
Jokowi dengan masyarakat lanjut Fatwa seperti surat menyurat sangat
tidak responsif. Lebih lanjut Fatwa menilai, Sutiyoso lebih baik dengan
terobosan yang dilakukan di era kepemimpinannya.
"Sutiyoso cukup
membawa perubahan. Banyak keberanian dia sejak menjabat. Seperti
lokalisasi Kramat Tunggak dia buat menjadi Islamic Center. Sedangkan
Jokowi saya tidak melihat itu, dia lebih hanya pada pencitraan,"
pungkasnya.
Sumber :
okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar