Minggu, 27 April 2014

Temui Petani di Bogor, Jokowi Sarankan Bentuk Bank Tani

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi lahan pertanian di Desa Tanjungrasa, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Bogor pada Minggu (27/4/2014). Dengan menempuh perjalanan dua jam dari rumah dinasnya di Taman Suropati Menteng, pria yang akrab disapa Jokowi ini bergegas menuju salah satu sentra pertanian.
Menurut pantauan awak media, waktu perjalanan yang ditempuh rombongan Gubernur DKI Jakarta itu tampaknya tidak menyurutkan warga desa setempat untuk tetap menunggu rombongan Jokowi. Tepat pukul 09.00 WIB, rombongan Gubernur DKI Jakarta Jokowi tiba di Desa Tanjungrasa. Dalam meninjau lahan pertanian di Bogor, Jokowi juga membaur dengan para petani.
Jokowi mengatakan, dengan potensi pertanian di Bogor yang cukup bagus dirinya menyarankan kepada petani lokal untuk membentuk sebuah lembaga Bank Tani. "Bank Petani harus didirikan di sini untuk memberikan penghidupan bagi petani lokal. Ini juga untuk menambah permodalan yang mudah bagi petani," kata pria tinggi kurus itu.
Terlebih lagi, hasil panen di Desa Tanjungrasa bisa menghasilkan kurang lebih 4-5 ton padi. Dia menginginkan, setiap tahun bisa bertambah untuk menekan laju impor bahan pangan karena saat ini terus meningkat.
"Karena nilai impor bahan pangan seperti beras, daging, bawang masih tinggi makanya dengan membentuk Bank Petani diharapkan bisa menekan hal itu sehingga inflasi bahan pokok yang sering terjadi ke depan tidak akan terulang kembali," ujar dia yang datang dengan menggunakan kemeja lengan panjang warna putih yang menjadi ciri khasnya.
Jokowi juga mendorong Pemda, agar bisa melakukan kebijakan-kebijakan ekstrem salah satunya melarang mengonversi lahan pertanian produktif serta memotong mekanisme impor bahan pokok dengan cara menggenjot kapasitas produksi. "Ini harus dilakukan untuk mendukung swasembada pangan nasional pada 4-5 tahun ke depan," ujar dia.
Sementara itu, seorang warga Desa Tanjungrasa, Lukman Hakim bahkan telah mampu menambah hasil panen padi menjadi 2,5 ton dari kondisi normal kurang dari 1 ton dengan menggunakan cairan pupuk organik lokal yang diciptakannya. Produk cairan yang belum diberi nama itu diciptakan di pabrik yang telah dibangun sejak 2006 silam. Lukman belum menamai produk cairan bibit padi itu.
"Tadi kita sudah memanen 6,9 ton per hektar sehingga saya pikir ini bisa menjadi padi andalan di Bogor," kata dia. [tyo/merdeka]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar