EmrusCorner mengadakan riset kualitatif soal dinamika menjelang Pilpres 2014. Hasilnya dapat dilihat nilai plus dan minus 3 capres terkuat saat ini yakni Jokowi, Prabowo, dan Aburizal Bakrie. Riset ini juga memantau kelebihan serta kekurangan sejumlah kandidat cawapres di pasaran.
Riset dilakukan terhadap 3 capres yakni Joko Widodo (PDIP), Prabowo Subianto (Gerindra), dan Aburizal Bakrie (Golkar), berdasarkan tren pemberitaan di 15 media massa nasional sejak Februari-pertengahan April 2014.
Tiga kandidat capres ini diamati lantaran masing-masing memiliki gaya kepemimpinan berbeda dan dianggap berpengaruh pada siapa cawapres yang akan mendampinginya. Ketiganya juga sampai ini belum punya kandidat cawapres definitif.
Hasil riset ini dipublikasikan Direktur Emrus Corner, Dr Emrus Sihombing, di Hotel Grand Alia Cikini Menteng Jakarta Pusat, Minggu (27/4/2014).
Hasil riset ini menunjukkan Jokowi sebagai capres dengan frekuensi pemberitaan terbanyak di media massa dengan 47 persen. Prabowo Subianto ada di urutan kedua dengan 31 persen pemberitaan dan Aburizal Bakrie dengan 22 persen pemberitaan berada di urutan ketiga.
Kekuatan Jokowi adalah yang paling populer diantara capres lain. Selain itu dianggap relatif bersih dari kolusi, korupsi, dan nepotisme. Juga memiliki pengamalaman sebagai Gubernur DKI yang terhitung bekerja keras. Jokowi juga punya kelebihan pernah menata Solo, juga dianggap sebagai pemimpin yang administratif dan humanis, tak memiliki masalah masa lalu dan memiliki citra positif dari sisi komunikasi politik.
Kelemahan Jokowi antara lain dinilai belum punya visi misi sebagai capres, belum memiliki konsep pembangunan yang komprehensif, dan belum memiliki pengalaman memimpin partai politik.
Sementara itu Prabowo Subianto dinilai sebagai pemimpin yang tegas dan berani. Prabowo juga dianggap bersih dari KKN, mantan petinggi militer dan memiliki komunikasi publik yang baik. Kelemahan Prabowo dianggap bertipikal keras dan kerap dikaitkan dengan polemik masa lalu.
Sementara Aburizal Bakrie dinilai sebagai capres dengan pengalaman sebagai pengusaha dan birokrat. ARB dinilai punya visi ekonomi yang jelas, memiliki jaringan luas dan berpengalaman memimpin partai. Kelemahannya perolehan suara golkar yang kecil, dan sejumlah pemberitaan negatif soal lumpur Lapindo, dan bukan berasal dari Jawa.
Survei ini juga menganalisis frekuensi pemberitaan cawapres di media massa. Hasilnua Jusuf Kalla paling banyak diberitakan sebagai cawapres dengan 34 persen, disusul Priyo Budi Santoso (26 persen), Mahfud MD (18 persen), Akbar Tandjung (12 persen), Ryamizard Ryacudu (6 persen),dan Luhut B Panjaitan (4 persen).
Jusuf Kalla memiliki banyak pengalaman sebagai pengusaha, pernah menjadi wapres, dan jadi agen perdamaian di Aambon, Poso, dan Aceh. JK juga dinilai sebagai pemimpin yang tegas dan berani namun memiliki kelemahan yakni usainya sudah 70 tahun dan memiliki jaringan bisnis yang luas. Sementara itu Priyo Budi Santoso dinilai memiliki pengalaman sebagai politisi dan aktivis, menjadi Ketua Presidium ICMI, pemimpin muda yang tegas dan memiliki komunikasi politik yang baik. Kelemahannya adalah masih dianggap tokoh muda di Golkar dan dianggap belum pantas maju.
Sementara itu Mahfud MD dinilai memiliki pengalaman luas di politik dan birokrat. Juga punya visi dalam penegakan hukum berintegritas dan bersih. Mahfud dipandang masih muda dan dikenal sebagai loyalis Gus Dur. Mahfud yang memiliki cara komunikasi politik yang baik ini memiliki kelemahan antara lain hanya menguasai bidang penegakan hukm, tidak memiliki visi pembangunan ekonomi, dan dukungan PKB belum jelas.
Akbar Tandjung dinilai memiliki kekuatan sarat pengalaman sebagai politisi dan birokrat, tokoh senior, mantan ketua DPR dan Ketum Golkar. Namun usia Akbar dinilai sudah tua. Sementara Ryamizard Ryacudu yang masuk kandidat cawapres Jokowi punya kelebihan pernah menjadi petinggi TNI, didukung PDIP, dekat dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, namun kelemahannya tidak ada partai lain yang mendukung dan belum ada pengalaman di politik dan pemerintahan.
Sementara Luhut B Panjaitan yang bersama Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla diberi izin menjadi cawapres dari Golkar memiliki kelenbihan mantan militer, pernah di pemerintahan, memiliki jaringan bisnis dan paham soal ekonomi. Namun kelemahannya tidak memiliki dukungan politik riil di Golkar. [detik]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar