"Penting lagi adalah melakukan revolusi mental, seperti yang sudah disampaikan Pak Jokowi. Karena kita tahu mentalitas bangsa kita ini kurang bersatu nanti menjadi bersatu. Kita harus percaya diri dengan kemampuan kita," tegas Maruarar di Jakarta, Minggu (27/4/2014).
Menurut Maruarar, Indonesia merupakan negara besar dengan sumber daya alam yang juga sangat besar. Indonesia memiliki kekayaan laut yang luar biasa, juga sumber daya mineral dan energi yang memadai.
Namun di saat yang sama, Indonesia juga masih terbebani berbagai masalah-masalah besar, misalnya masalah ekonomi yang belum merata, hukum yang belum benar-benar tegak dan adil, serta persoalan kepemimpinan dan mentalitas.
"Karena itu mengapa Revolusi Mental yang disampaikan Mas Jokowi menjadi relevan," katanya.
Dengan Revolusi Mental yang digelorakan Jokowi, maka akan membangkitkan optimisme seluruh stakeholders bangsa Indonesia. Dan dengan optimisme itulah, kepemimpinan yang inspiratif dan menjadi teladan, Indonesia bisa bangkit.
Maruarar melanjutkan, Indonesia masih memiliki persoalan dengan kebhinekaan yang masih terkoyak, keragaman yang masih belum dipahami, dan pluralisme yang masih tercabik. Hal ini terus terasa sebagai dampak kolonialisme dan imperlisme Belanda yang menggunakan strategi dan taktik memecah belah atau devide et impera.
"Maka Revolusi Mental juga harus melahirkan mentalitas bersatu. Semua rakyat Indonesia harus bersatu membangun Indonesia yang lebih baik," ujar Maruarar.
"Revolusi mental, karena kita harus mengubah diri, agar bangsa ini punya harapan besar. Karena sebenarnya kita bangsa besar. Mari kita ubah mental negatif ke positif," tegas Jokowi sebelumnya.
Menurut Maruarar, hal itu juga membuktikan bahwa Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri selalu membuat keputusan yang tepat. Walaupun tekanan politik sangat kuat, Megawati berani mendorong Jokowi naik dari Walikota Solo menjadi Gubernur DKI Jakarta, dan kini menjadi bakal capres PDIP.
Megawati selalu punya kebijakan terobosan dan menggunakan 'mata hati' dalam mengambil keputusan.
"Kita yakin Bu Mega akan memilih cawapres yang tepat untuk Jokowi, yang takkan dijadikan ban serep," jelas Ara.
"Biarlah penentuannya didasarkan pada dialektika dan diskusi rakyat. Mereka memberi perhatian tinggi pada capres PDIP, dan sekarang cawapres PDIP. Dan kita percaya Bu Mega pasti bikin keputusan tepat."
Sejauh ini, lanjutnya, untuk cawapres Jokowi, PDIP tidak tidak hanya melihat dari elektabilitas survei yang dikeluarkan berbagai lembaga dalam menentukan cawapres.
Cawapres yang akan dipilih harus bisa menjalankan agenda bersama dan tidak punya beban masa lalu.
"Dan ingat, Jokowi tidak menganggap wapres itu sebagai ban serep. Dia ingin kerja super tim, bukan superman," ujarnya.
Ia mencontohkan bagaimana posisi Wakil Wali Kota FX Hadi Rudyatmo
saat Jokowi menjadi wali kota, dan Wagub DKI Jakarta saat ini Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok). Keduanya diberikan peran yang baik oleh Jokowi. [Penulis: Markus Junianto Sihaloho/beritasatu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar