Partai Nasdem mengakui bahwa mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla
(JK) menjadi bakal cawapres terkuat yang mereka ajukan ke PDI Perjuangan
(PDIP) untuk menjadi calon pendamping bagi Joko Widodo (Jokowi) sebagai
capres.
Seperti disampaikan Sekjen Nasdem, Patrice Rio Capella, pasca
meresmikan kerja sama dengan PDIP, kedua partai itu sedang dalam tahapan
mencari calon wapres yang tepat untuk Jokowi.
"Kita mengajukan beberapa nama. Salah satunya JK. Yang paling kuat
dari Nasdem, ya JK," kata Capella saat dihubungi di Jakarta, akhir pekan
ini.
"Tapi itu berpulang ke PDIP dan Jokowi sebagai mitra kolisi. Kita tunggu responsnya."
Ditanya seberapa jauh Nasdem meyakini kemampuan JK, Rio menyatakan
pihaknya sangat memahami kapabilitasnya. JK dinilai punya pengalaman,
jaringan, dan elektabilitas yang baik.
JK juga memiliki kemampuan berkomunikasi politik yang baik, bahkan
dengan parpol semacam Partai Demokrat yang dianggap 'jauh' dari PDIP.
"Jangan khawatirkan kemampuan Pak JK. Orang perang saja di Poso dan
Aceh bisa didamaikan oleh dia. Apalagi cuma sekedar mengkomunikasikan
kebijakan dengan parpol lain. Orang pakai senjata saja bisa damai,"
beber Capella sambil tertawa.
Dia melanjutkan pihaknya bisa memahami kalau PDIP tak bisa segera
memutuskan siapa bakal cawapres definitif untuk Jokowi. Sebab banyak
perhitungan politik yang harus dilakukan, termasuk menunggu siapa
pasangan potensial yang akan dihadapi di pilpres mendatang.
Capella tak menolak bila PDIP memang menyiapkan sejumlah alternatif
pasangan untuk Jokowi. Pasangan-pasangan itu disiapkan terkait
spesifikasi tertentu dari figur yang disiapkan, misalnya kemampuan di
sektor pemberantasan korupsi dan sektor pertahanan negara.
Ditanya apakah pihaknya diberitahu PDIP soal pembicaraan kemungkinan
kerja sama dengan parpol lain, Capella mengatakan pihaknya
mempersilahkan PDIP melakukannya.
Hanya saja, menurut dia, posisi sudah jelas untuk parpol tertentu.
Misalnya Partai Golkar, yang tak mungkin menurunkan Ketua Umumnya
Aburizal Bakrie sebagai bakal cawapres untuk Jokowi, karena sudah
terlanjur memproklamirkan diri sebagai bakal capres.
"Tak mungkin ada kerja sama menuju pilpres dengan Golkar," imbuh dia.
Sementara untuk parpol lain seperti Partai Amanat Nasional (PAN) dan
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), kata Capella, mungkin saja terjadi.
Namun harus diingat, bahwa kalaupun ada kerja sama dengan PDIP,
sebaiknya parpol-parpol itu bergabung tanpa embel syarat tertentu.
"Nasdem yang pertama bergabung saja tak minta wapres. Jangan pula
yang belakangan bergabung malah minta wapres. Ya, kalau mau bekerja
sama, ya bergabung saja. Jangan kemudian posisi-posisi menjadi prasyarat
kerja sama," jelasnya.
Sumber :
beritasatu.com
Tolong PDIP dan Nasdem dengarkan suara2 dr kami non parpol bahwa kami menginginkan Pak Abraham Samad dr KPK sbg cawapres Jokowi dg berbagai pertimbangan. Kami di bawah selama ini lbh merasakan permasalahan & kebutuhan juga ikut mengamati dan menilai figur2 yg ada. Sbg rakyat, kami sdh mudah akses media serta menyaringnya.
BalasHapus