Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan, Tjipta Lesmana, melihat fenomena pencitraan 'dizalimi' lebih mudah merebut simpati rakyat.
Tjipta memberi contoh pencitraan yang dilakukan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat pemilu Presiden 2009. Menurutnya saat itu Megawati yang juga maju sebagai calon Presiden (capres), terkesan menzalimi SBY sehingga SBY yang justru meraih simpati. Saat ini, Jokowi pun melakukan hal serupa yang dilakukan SBY pada pemilu 2009.
"Barang siapa dizalimi, didukung rakyat. Dulu, SBY bisa timbulkan persepsi dizalimi," kata Tjipta saat diskusi Siapa Dalang dan Wayang Capres 2014 di Warung Daun Cikini, Sabtu (29/3/2014).
Tjipta mengatakan jika saat ini boleh jujur menilai kemampuan capres PDIP Jokowi, maka bisa dikatakan mantan Walikota Solo itu tak ada pengalamanan memimpin di tingkat nasional.
"Jokowi kalau mau jujur, tidak ada pengalaman di tingkat nasional. Wakilnya harus yang punya pengalaman. Jokowi pengalamannya di Jakarta pun belum paripurna, masih 30 persen," paparnya.
"Jokowi wajib ditempel cawapres kuat, berpengalaman. Kalau Jokowi dengan Puan Maharani, bunuh diri. Anak muda apa pengalamannya?" tandasnya.
Sumber :
tribunnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar