Tiga alat sadap ditemukan terpasang di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta,
Joko Widodo (Jokowi). Tiga alat spionase itu ditemukan di tiga tempat berbeda.
Belum diketahui siapa dan motif apa meletakkan alat penyadap di rumah
Jokowi.
Tapi setidaknya, Jokowi merupakan salah satu kader
potensial PDIP. Dalam sejumlah survei, ia menduduki posisi puncak calon
presiden yang paling diinginkan rakyat.
Pengamat Intelijen dari
Universitas Padjajaran, Bandung, Muradi, mengaku tidak terkejut dengan
ditemukannya alat sadap di rumah dinas Jokowi.
Dalam konteks intelijen
katanya, setidaknya ada tiga alasan mengapa seseorang perlu disadap.
Pertama,
dalam intelijen semua potensi itu harus diikuti oleh karenanya siapapun
bisa diamati. Kedua, orang tersebut berpotensi memiliki daya rusak
terhadap negara. Ketiga, intelijen menangkap sinyal bahwa orang tersebut
merusak negara.
"Jadi menurut saya, Jokowi lebih ke yang
pertama. Siapapun bisa diamati, apalagi Jokowi merupakan tokoh populer
saat ini," kata Muradi, Kamis (20/2/2014).
Mengenai
siapa dan apa motif di balik penyadapan ini, Muradi mengatakan, kecil
kemungkinan aksi ini dilakukan oleh individu atau partai politik lain.
Sebab dalam politik, membangun komunikasi politik tidak dengan menyadap
tapi melakukan lobi politik.
"Bisa jadi, tapi daya pengaruhnya
kemungkinan jadi sangat kecil karena esensi membangun komunikasi politik
tidak dengan mengamati diam-diam," ujar doktor lulusan Flinders
University, Australia ini.
Tapi menurutnya, yang memiliki
kewenangan dan kepentingan melakukan penyadapan adalah negara. "Semua
orang bisa mengakses apa yang Jokowi lakukan, media, pengusaha, jadi
korelasi kalau bukan negara yang melakukan buat apa?" tegas Muradi.
Sebagai
contoh, di beberapa negara lanjutnya, pemimpin yang populis cenderung
akan mengurangi anggaran militer. Bila nanti Jokowi menjadi presiden
kata Muradi, ada kekhawatiran di kalangan militer bahwa Jokowi akan
mengurangi anggaran militer.
"Ketakutan itu muncul di isu
keamanan. Artinya secara prinsip ada kemungkinan. Saya berbaik sangka
itu baru tahap pengamatan," terang Muradi.
Dia menambahkan, bisa
jadi bukan hanya Jokowi seorang yang menjadi target penyadapan. "Saya
pikir semua elite politik banyak diamati. Itu lumrah dalam konteks
kepentingan negara. Asal tidak dimanfaatkan untuk kepentingan
perorangan," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar