Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) sebaiknya menahan diri
untuk menjadi calon presiden (capres), dan sebaiknya fokus penanganan
masalah Jakarta saja.
“Peluang Jokowi untuk menjadi capres memang
ada, kalau dilihat dari berbagai lembaga survei elektabilitasnya di atas
tokoh lain,” papar Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief
Hidayatullah Prof Dr Yusron Razak, di Jakarta, Rabu (5/2/2014).
Ia
mengatakan meskipun elektabilitas selalu unggul tapi tidak berarti
Jokowi akan menang di Pemilu Presiden/Wakil Presiden nanti. Terbukti
dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di beberapa daerah dengan juru
kampanyenya Jokowi, ternyata tidak mendongkrak perolehan suara calon
kepala daerah yang didukungnya.
“Elektabilitas Jokowi selalu naik
karena rajinnya blusukan yang mendapat sorotan media, sehingga membangun
‘trust’ (kepercayaan masyarakat). Tetapi, yang dibutuhkan seorang
kepala daerah itu solusi bukan hanya blusukan saja,” papar Yusron.
Ia
menambahkan persoalan Jakarta sangat kompleks dari mulai banjir,
kemacetan, kemiskinan dan lainnya. “Ini yang harus diselesaikan Pak
Jokowi, dan kalau Pak Jokowi maju sebagai capres artinya bisa dianggap
melepaskan tanggungjawab dari persoalan Jakarta,” papar Yusron.
Menurut
dia, dalam penanganan Jakarta, Jokowi banyak melakukan tambal sulam
saja dari program yang lama. “Sampai sekarang kita belum menemukan ide
atau gagasan dari Pak Jokowi,” tutur Yusron.
Sebab itu, lanjut
Yusron, Jokowi agar fokus kepada penyelesaian Jakarta terlebih dahulu.
Ia menilai Jakarta ini miniatur Indonesia, dan kalau Jakarta sudah baik,
maka 40 persen masalah Indonesia sudah selesai, ditambah lagi
penyelesaian Jawa Barat dan Jawa Timur, maka akan elok melihat
Indonesia.
Ditambahkan Yusron, sikap Jokowi yang tidak mau
berkomentar soal pencapresannya, memang merupakan pernyataan bersayap,
atau ‘wait and see’. Namun kita tetap berharap sebaiknya Jokowi agar
tidak maju sebagai capres.
“Ada yang berpendapat 2014 ini
merupakan momentum bagi Pak Jokowi karena di Pemilu 2019, Pak Jokowi
kehilangan momentum. Politik itu dinamis dan tidak bergantung waktu,
semua bergantung kepada Pak Jokowi memainkan perannya dalam
kepemimpinannya,” tutur Yusron.
Ia mencontohkan sosok SBY yang di
Pemilu 2004, baik Partai Demokrat maupun SBY sendiri mendapat sambutan
luar biasa dari rakyat Indonesia, tapi kenyataannya sekarang terus
mendapat kritikan, kunjungannya ke daerah selalu didemo. “Ini karena
masalah peran kepemimpinannya,” tutur Yusron.
Sumber :
Pos Kota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar