Kamis, 12 Desember 2013

SSS: Jokowi Tembus 23%, 6 Partai Tak Lolos ke Senayan dan Peluang Capres Konvensi Demokrat

Kader terbaik Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo (Jokowi) kembali merajai survei. Sebagai calon presiden, elektabilitas Gubernur DKI Jakarta itu mencapai 22.97 persen, mengalahkan kandidat lain.
Di urutan kedua calon presiden dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto dengan 19.01 persen, disusul calon presiden Partai Golkar Aburizal Bakrie 12.09 persen.
Hasil itu terekam dalam survei Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) tentang elektabilitas calon presiden saat ini. SSS merupakan lembaga riset independen. Perhatian utama SSS adalah memastikan agar proses demokratisasi berjalan pada koridor yang benar.

Peluang Capres Konvensi Demokrat
Peluang peserta konvensi Partai Demokrat meramaikan Pemilihan Presiden (capres) makin tipis. Dari 11 peserta, hanya nama Menteri BUMN, Dahlan Iskan, yang sering muncul di survei-survei capres.
Seperti kajian Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS). Meski berada di urutan paling bawah, elektabilitas Dahlan bisa mencapai lebih dari lima persen. Dahlan bersaing bersama delapan kandidat capres lainnya.
"Capres konvensi Demokrat hingga Desember 2013 belum masuk lima besar kandidat paling potensial," kata koordinator peneliti, Ridho Imawan Hanafi, Kamis (12/12/2013).

Data dikumpulkan menggunakan meta analisis dan focus group discussion (FGD). Sumber data yang dijadikan acuan survei ini dari seluruh hasil survei yang dirilis berbagai lembaga selama 2013, lalu dokumentasi pemberitaan, dan studi pustaka.
Berikut capres paling potensial versi survei SSS yang dipublikasikan di Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (12/12):

  1. Joko Widodo 22.97%
  2. Prabowo Subianto 19.01%
  3. Aburizal Bakrie 12.09%
  4. Megawati Soekarnoputri 11.42%
  5. Wiranto 7.28%
  6. Jusuf Kalla 5.27%
  7. Abraham Samad 5.20%
  8. Dahlan Iskan 5.19%

6 Parpol Tak Lolos ke Senayan
Selain hasil di atas, Lembaga riset Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) memperingatkan enam partai politik peserta pemilihan umum (pemilu) 2014. Tidak tanggung-tanggung, SSS memprediksi mereka tidak akan lolos ke DPR karena memiliki elektabilitas di bawah ambang batas parlemen, yaitu 3,5 persen.
"Partai politik yang berpeluang tidak lolos ke Senayan pada Pemilu 2014, Partai Nasdem, PKS, PAN, Partai Hanura, PBB dan PKPI," kata Koordinator Riset SSS, Ridho Imawan Hanafi, dalam konferensi pers di Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (12/12/2013).
Ridho mengatakan partai-partai yang akan lolos adalah PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PKB, dan PPP. Sementara kecenderungan lain, partai-partai politik Islam baik yang memiliki asas maupun basis massa Islam cenderung menempati posisi papan bawah.
"Ini adalah elektabilitas partai ketika PDIP sebagai partai mengajukan Joko Widodo sebagai capres," ujarnya.
Meskipun demikian, Ridho mengungkapkan bahwa peluang keenam partai di atas belumlah tertutup. Mereka masih bisa selamat dari ambang batas parlemen dengan syarat meningkatkan kinerja.
"Dari elektabilitas beberapa partai terdapat, mereka tidak tahu. Ceruk itu dapat diperebutkan. Mereka masih punya peluang untuk dapat suara yang lebih," terangnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif SSS, Ari Nurcahyo menjelaskan alasan mengapa partai-partai tersebut tidak lolos. Kasus korupsi, sikap berlebihan, dan faktor ketokohan menjadi penyebabnya.
Pertama, PKS. Kasus korupsi yang mendera kader-kadernya terutama presidennya, Luthfi Hasan Ishaq sangat mempengaruhi preferensi publik. Meskipun PKS membuat terobosan-terobosan seperti menggelar pemilihan raya (pemira) capres untuk menggaet kader tetapi konstituen mereka tetap terpengaruh isu korupsi elit-elitnya.
Kedua, PAN. Faktor yang mempengaruhi adalah tidak adanya figur sentral yang kuat seperti pada zaman Amien Rai dan Sutrisno Bachir. Ari menilai ketokohan Hatta Rajasa tidak mampu mengangkat partai berbasis muslim perkotaan itu.
"Sejarah kita adalah sejarah tokoh. Ketokohan Hatta kurang bisa mengerek PAN. Kemudian, proses konsolidasi di daerah tidak berjalan baik," lanjut Ari.
Ketiga Partai Nasdem. Meskipun memiliki kekuatan media, partai tersebut tidak mendapat tempat di kalangan pemilih. Titik persoalan ada pada Surya Paloh. Publik memandang negatif ketidak jelasan Surya apakah akan maju sebagai capres atau tidak dari partai tersebut.
"Publik menduga, Nasdem itu pada ujungnya mengajukan Surya Paloh. Tanda tanya itu katakanlah berkorelasi negatif. Lebih baik dijelaskan saja siapa yang maju. Ketika publik bertanya-tanya, belum ada identifikasi Nasdem itu Surya Paloh," jelasnya.
Keempat, Hanura. Ari melihat Hanura tidak terlalu berbeda dengan Nasdem. Walaupun memiliki kekuatan media dalam diri Hary Tanoesudibjo, Hanura masih kesulitan mendongkrak elektabilitas. Bahkan, hadirnya media bagi Hanura justru menjadi bumerang karena digunakan untuk sosialisasi secara berlebihan.
"Publik jadi agak jengah," imbuhnya.
Kemudian, kelima dan keenam, yaitu PBB dan PKPI tidak lolos karena elektabilitasnya memang rendah. Ari melihat kedua partai ini tidak terlalu banyak memiliki konstituen yang signifikan.
Untuk diketahui, prediksi SSS didasarkan pada kajian menggunakan pendekatan meta analisis dan Fokus Group Discussion (FGD). Sumber data, publikasi (rilis) hasil survei, dokumentasi pemberitaan, dan studi pustaka.
Survei yang dikaji adalah hasil riset 20 lembaga yang dirilis pada Februari-Desember 2013 dengan karakteristik yang sama yakni tentang partai politik dan calon presiden.

Berikut adalah elektabilitas partai-partai politik hasil kajian SSS:
  1. PDIP 17,4 persen
  2. Golkar 17,01 persen
  3. Gerindra 10,51 persen
  4. Demokrat 8,3 persen
  5. PKB 4,18 persen
  6. PPP 3,65 persen
  7. Nasdem 3,41 persen
  8. Hanura 3,16 persen
  9. PKS 3,15 persen
  10. PAN 2,54 persen
  11. PBB 0,87 persen 
  12. PKPI 0,29 persen
  13. Tidak tahu 22,13 persen
  14. Tidak memilih 1,6 persen
  15. Rahasia 1,87 persen.
*************


Sumber :
- metrotvnews.com
- viva.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar