Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menyiapkan tiga skenario politik
untuk menyambut pemilihan presiden. Salah satunya adalah menduetkan
Megawati Soekarnoputri dengan Joko Widodo (Jokowi). Megawati dicalonkan kembali
karena masih banyak internal PDI Perjuangan yang mendukung
pencalonannya.
"Banyak kader yang meminta Ibu Mega maju karena
(beliau) ideologisnya Bung Karno," ujar Bendahara Umum PDI Perjuangan
Olly Dondokambey di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (12/12/2013).
Olly
menuturkan bahwa ia belum tahu apakah Megawati berniat maju atau tidak.
Namun, dia melihat, Megawati sebenarnya sudah memberikan sinyal untuk
mencari pengganti. "Saat ini, Ibu Mega sedang melihat siapa yang
kira-kira sudah matang untuk maju jadi capres. Kalau belum ada,
kemungkinan beliau yang akan maju," ucap Olly.
Menurutnya,
penetapan calon presiden ini bukan hanya sekadar mempertimbangkan
elektabilitas, melainkan juga kesiapan kandidat yang diusung dalam
mengatasi persoalan Indonesia. "Untuk menentukan siapa yang akhirnya
diusung partai, kami anggap Bu Mega sudah sangat paham. Dia bekas
presiden, ketum, jadi pasti memiliki pengalaman yang cukup dalam melihat
siapa pemimpin yang dibutuhkan bangsa ini," imbuh Olly.
Duet Mega-Jokowi
Wakil
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristianto mengatakan,
partainya sudah melakukan survei internal termasuk melihat diskusi yang
terjadi di jejaring sosial. Di situ, kata Hasto, nama Jokowi melambung
tinggi.
"Namun, ketika dimunculkan pasangan nama, untuk
kepemimpinan ke depan, dari kajian di internal muncul nama Ibu Mega dan
Jokowi," ujar Hasto saat dihubungi pada Senin (9/12/2013).
Menurut
Hasto, nama Mega muncul lantaran kajian internal partai melihat adanya
tantangan berat yang harus dihadapi pimpinan ke depan, seperti persoalan
ekonomi global hingga masalah ketersediaan pangan. "Sosok Ibu Mega
dilihat sebagai tokoh yang tepat untuk mengatasi persoalan bangsa yang
sangat berat," katanya.
Selain itu, lanjut Hasto, Mega juga akan
berfungsi sebagai pelindung bagi Jokowi. Menurut Hasto, sejak
diwacanakan menjadi calon presiden, Jokowi sudah menjadi sasaran tembak
semua lawan politik. Hasto mengatakan, serangan itu misalnya datang dari
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Ketua Umum Partai Demokrat.
"Sehingga butuh garansi yang melindungi Jokowi. Meski didukung
60 persen masyarakat Indonesia, Jokowi tetap bisa runtuh kalau tanpa
pelindung," kata Hasto.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar