Rabu, 23 Oktober 2013

Serang Jokowi, Bumerang Hantam Nurhayati

Kritikan pedas yang dilontarkan petinggi Partai Demokrat (PD) Nurhayati Ali Assegaf terhadap Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) membuat Wakil Ketua Umum PD itu menuai kecaman masyarakat sekaligus menjadi sasaran serangan balik dari publik.
Nurhayati, yang juga menjabat Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR ini menyoroti soal kebakaran 1.000 rumah di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, dan dianggap belum pernah terjadi pada masa gubernur sebelumnya, Fauzi Bowo (Foke).
Warga ibu kota memandang pernyataan Nurhayati itu tak berdasar. "Apa hubungannya kebakaran sama Jokowi, emang Jokowi yang bakar. Itu untuk jelekin citra Jokowi," ucap Afuah, 49, warga Kelurahan Cilandak Barat, Jakarta Selatan, saat ditemui detikcom di warungnya, Senin (21/10/2013).
Bahkan ia memandang Jokowi banyak lebih bagus ketimbang Foke. "Banyak perubahannya, blusukannya tidak ke warga tapi juga blusukan lihat PNS. orangnya peduli sama masyarakat," ujar dia sembari berjualan di toko kelontong miliknya.
"Dari pada dulu sama Foke, dia kan tidak dekat, tidak sering nemuin masyarakat. Dekat sama orang-orang besar dan yang dekat dia aja," kata Afuah meneruskan.
Warga Jakarta lainnya, Syaiful Bahri, 24, menilai pernyataan Nurhayati itu sebagai upaya balas dendam terkait isu kebakaran yang pernah menyerang Foke pada saat kampanye putaran ke dua pemilihan gubernur DKI tahun lalu.
"Demokrat kan pendukung Foke," ujar mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, Senin (21/10/2013).
Warga Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan, ini melihat pernyataan Nurhayati bertendensi lebih ke arah politik untuk menghantam citra Jokowi menjelang Pemilu 2014. "Sudah jelas lah itu permainan politik dan partai. Iya untuk memojokkan dan memperburuk citra Jokowi."

Pengamat komunikasi politik pun menilai pernyataan Nurhayati tidak tepat. “Kalau soal kebakaran amat sulit diterima komentar itu. Masak ada gubernur yang menghendaki rumah warganya terbakar," kata pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia Effendi Gazali saat dihubungi detikcom, Selasa (22/10/2013).
"Katakanlah misalnya untuk pembebasan lahan. Tapi ini sudah bukan zaman Orde Baru atau sejenis itu,” dia melanjutkan.
Effendi berujar, saran dan kritik bisa saja diberikan pada Jokowi, namun secara lebih positif dan bersifat membangun. Misalnya, agar Gubernur DKI lebih memperhatikan alat-alat Dinas Pemadam.

Senada dengan Effendi, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro malah bertanya balik tentang data kebakaran yang dinyatakan Nurhayati. “Masa seribu rumah?” kata dia kepada detikcom, Selasa (22/10/2013).
Siti sendiri mengakui dia sependapat dengan mayoritas warga DKI yang menilai Jokowi sudah cukup bagus dalam memimpin ibu kota selama setahun ini. “Relatif so far so good. Kan masih setahun, tapi rapornya tidak merah,” ujarnya.
Siti mengingatkan,"Kalau mau berkompetisi dengan cara yang tidak substansif, tidak elegan ya risikonya akan menunjukkan siapa diri kita dan malah akan jadi bumerang bagi diri sendiri."

Pengamat politik dan kebijkan publik dari UI, Andrinof Chaniago, berpendapat kritikan Nurhayati tidak proporsional sehingga malah balik membuatnya diserang reaksi negatif. “Jadi kesannya asal mencari kesalahan dan kekurangan. Akhirnya dia kan dapat serangan balik, malah lebih ganas lagi,” kata dia kepada detikcom, Selasa (22/10/2013).
Andrinof mengingatkan, sebagai politisi Nurhayati seharusnya membaca bagaimana kondisi psikologis warga yang selama ini dipimpin Jokowi.
“Kalau kekurangannya dicari-cari, orang akan mengkritik balik. Apalagi masyarakat kan sudah lihat pemimpin mereka yang betul kerja sungguh-sungguh, gigih, sederhana dan berupaya menegakkan pemerintah yang bersih,” kata dia menguraikan.

Sumber :
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar