Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani tak yakin jika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo
(Jokowi) maju sebagai capres akan menurunkan angka golput pada Pilpres
2014. Menurutnya, angka golput tidak ada hubungannya dengan Jokowi.
"Saya kira korelasinya tak berbanding lurus," ujar Muzani di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (9/10/2013).
Anggota
Komisi I DPR ini menjelaskan, tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu
di tingkat kabupaten rata-rata 50 hingga 60 persen. Hal ini disebabkan
karena masyarakat Indonesia sudah jenuh dengan keadaan demokrasi di
Tanah Air.
"Karena demokrasi di Indonesia sudah pada titik menjenuhkan, belum lagi perkara sengketa pilkada," jelasnya.
Dalam
setiap pemilu, fenomena golput selalu terjadi. Alasan mereka rata-rata
tidak percaya atau kurang mengenal dengan figur capres yang ada.
Dua
bulan lalu, Forum Akademisi Teknologi Informatika (IT) melansir hasil
surveinya. Sosok Jokowi dinilai mampu menarik pemilih yang golput dan
pemilih di luar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Jika Jokowi dicapreskan sebelum Pileg, maka angka
golput pada Pemilu 2014 diperkirakan hanya 19,7 persen. Bila Jokowi
ditetapkan setelah Pileg, maka golput diperkirakan mencapai 25,5 persen.
"Jokowi effect menggerus kelompok abstain atau golput," kata Ketua Forum Akademisi IT Hotland Sitorus.
Survei
ini dilakukan pada 1-20 Agustus 2013. Survei melibatkan 2.000 responden
yang tersebar di 34 provinsi. Survei menggunakan teknik wawancara
secara langsung dengan margin error 2,5 persen.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar