Hasil survei Cyrus Network menilai pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sebagai pasangan ideal untuk capres dan cawapres 2014. Bahkan jika diduetkan, keduanya bisa mengalahkan pasangan politik senior seperti Prabowo Subianto-Dahlan Iskan atau Aburizal Bakrie-Hatta Rajasa.
"Fenomena itu kalau benar dan valid, akan menjadi suatu dilema serius bagi demokrasi, pemerintahan dan politik di Indonesia," ujar Pengamat Politik dari LIPI, Siti Zuhro saat dihubungi, Jakarta, Rabu (9/10/2013).
Ada bebarapa hal yang menjadi dasar penilaian itu. "Pertama, dorongan motivasi aji mumpung menghasilkan politik 'pokoke'. Kadang ini sulit diterangkan dengan nalar, karena politik aji mumpung, mumpung didukung rakyat, mumpung sedang diminati dan lain-lain," tambahnya.
Hal mendasar lainnya, dalam demokrasi harusnya ada nilai-nilai dan hasilnya terukur. Sebab demokrasi mensyaratkan komitmen, konsisten dan law enforcement. Demokrasi berkorelasi positif terhadap terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.
"Ketiga, pola loncat-loncat dalam mengemban pemerintahan akan menjadi preseden buruk dan teladan jelek bagi praktik pemerintahan yang efektif dan proses demokrasi," jelasnya.
Jika Jokowi berduet dengan Ahok betul-betul terjadi, menurut Zuhro, hal itu merupakan cara berpikir loncat-loncat seperti kutu loncat. Yang mana tak hanya menyesatkan, tapi juga juga menghasilkan penguatan praktik oportunisme dan ini akan mengekalkan reproduksi mindset negatif yang merugikan rakyat.
"Sekali bersumpah dalam pelantikan, semestinya pejabat memegang teguh sumpah tersebut sebagai bukti integritas dan kredibilitasnya sebagai pejabat publik. Karena pemimpin harus berpegang teguh pada prinsip dan tak mudah tergoda tahta, harta dan lain-lain yang justru akan mendelegitimasi dirinya," tandasnya.
Survei Cyrus Network menempatkan Ahok sebagai cawapres yang memiliki elektabilitas tertinggi dan diterima merata secara nasional.
Sumber :
merdeka.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar