Pakar kebijakan publik Andrinof Chaniago mencium adanya pemanfaatan yang dilakukan beberapa pihak untuk menjatuhkan karir politik Gubernur DKI Joko Widodo atas data yang dikeluarkan LSM Forum Indonesia Transparansi Anggaran (FITRA) terkait anggaran blusukan Jokowi yang mencapai Rp26 miliar per tahun.
"Saya rasa, rilis Fitra ini jelas dimanfaatkan lawan politik Jokowi yang kalah pada jaman Pilkada DKI lalu atau mereka yang berkepentingan pada 2014 nanti. Karena kita tahu elektabilitas Jokowi tinggi dalam berbagai survei," kata Andrinof saat dihubungi Okezone, di Jakarta, Minggu (21/7/2013).
Kendati begitu, Andrinof tetap mengaanggap FITRA sebagai LSM yang tidak tergiur akan 'titipan' dari berbagai pihak yang memiliki kepentingan bagi kelompoknya. "Saya enggak berani menuduh (titipan) itu. Yang jelas saya bilang, kali ini FITRA ceroboh dalam menyajikan data," tandasnya.
Sebagaimana diketahui, kendati mendapat penilaian positif terkait aksi blusukannya dari masyarakat, LSM FITRA memberikan pandangan berbeda atas kinerja Gubernur Jokowi dalam memimpin Ibu Kota. Pasalnya, sampai saat ini DKI masih menduduki peringkat empat provinsi terkorup di Indonesia.
"Jokowi fokus pada dirinya sendiri, anggaran blusukan Jokowi atau dana opersional itu mencapai Rp26 miliar per tahun, jadi per bulan Rp2,2 miliar, kalau dibagi 30 hari, per hari Rp70 juta, dibagi dua Jokowi dan Ahok, jadi mereka dapat Rp34 juta per hari," ungkap Direktur Investigasi dan Advokasi Fitra, Uchok Sky Khadafi dalam sebuah diskusi di Cikini, Jumat 19 Juli lalu.
Jumlah anggaran operasional tersebut, jauh lebih besar dari pendahulunya Fauzi Bowo yang hanya menerima Rp17,6 miliar per tahun. Dan apa yang dilakukan orang nomor satu di Jakarta itu, dinilai Uchok hanya sekedar narsis belaka. "Jokowi terlalu narsis, sehingga pemberantasan korupsi di DKI jalan di tempat," tegasnya.
Sumber :
okezone.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar