Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) tak menggubris tudingan Akademisi Universitas
Indonesia Iberamsjah, bahwa masa pemerintahannya belum menunjukkan kerja
nyata. Menurutnya, yang menilai keberhasilan kerjanya bukanlah
siapa-siapa, melainkan rakyat sendiri.
"Ya, enggak apa-apa.
Dinilai jelek silakan. Yang menilai kan rakyat sendiri. Saya bekerja kan
atas amanah masyarakat, toh," ujar Jokowi di Balaikota, Jakarta Pusat
pada Senin (22/7/2013).
Jokowi mengatakan, dirinya tidak
memikirkan tudingan-tudingan semacam itu, terlebih bahwa dirinya
melakukan pencitraan. Jokowi mengaku fokus bagaimana mewujudkan
program-program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Diakui
Jokowi, mewujudkan sejumlah program tersebut membutuhkan waktu yang
panjang. "Soal KJP, KJS, Kampung Deret, kan semuanya proses. Apalagi
yang namanya macet dan banjir, kan jangka tengah dan jangka panjang,"
ujarnya.
Sementara, terkait sejumlah programnya kini merupakan
warisan pemerintahan sebelumnya, Jokowi membenarkannya. Hanya saja
Jokowi mengatakan perbedaannya program tersebut berada di pemerintahan
masa lalu dan pemerintahannya. Yakni pada keberanian pengambilan
keputusan.
Orang yang masih menjabat sebagai Wakil Ketua DPD PDI
Perjuangan Jawa Tengah tersebut lalu mencontohkan 2 megaproyek yang
akan dibangun secepatnya di Kota Jakarta, yakni MRT (Mass Rapid Transit) kereta berbasis rel dan Monorail.
"Kalau enggak buat MRT, saya
buat apa? Pesawat antar kampung. Hahaha. Monorail juga begitu. 24 tahun
yang lalu baru kita jalankan. Kuncinya memang di situ kok. Ada-ada
saja," seloroh Jokowi.
Sebelumnya,akademisi Universitas
Indonesia (UI) Iberamsjah menilai, sejak Joko Widodo menjabat sebagai
Gubernur DKI Jakarta, belum ada realisasi kerja nyata yang
ditunjukkannya. Beberapa hal yang dikritisinya adalah KJS,
KJP, bertambahnya titik banjir, titik kemacetan, pencitraan, pembayaran
petugas pintu air dan sebagainya.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar