Calon Presiden dari Partai Golkar Aburizal Bakrie mengatakan Joko
Widodo (Jokowi), Gubernur DKI Jakarta dan kandidat capres populer saat ini, adalah
pilihan yang beresiko untuk memimpin Indonesia.
"Yang saya khawatirkan adalah persaingan antara kemampuan dan
popularitas. Bangsa ini tidak bisa dipimpin oleh orang yang masih
bereksperimen. Dibutuhkan pemimpin yang berpengalaman. Memerintah itu
tidak mudah," kata ARB kepada Globe Asia.
Bakrie mengatakan diperlukan pemimpin yang tegas. Dia mencontohkan diperlukannya payung hukum untuk aparat penegak hukum.
"Aparat tertembak dan mereka tidak bisa menembak balik karena takut
dianggap melanggar HAM. Jika hal seperti ini kita tolerir, pembakaran
gereja, masjid, dan sweeping pabrik akan terus berlangsung. Aparat tidak perlu takut melanggar HAM demi menjaga keamanan dan ketertiban," kata dia.
Sebagai capres, ARB memiliki kriteria tersendiri bagi cawapresnya.
"Harus orang Indonesia asli dan mempunyai idealisme yang sama dengan capresnya," kata dia.
Golkar menargetkan 30 persen suara di Pemilu 9 April nanti. Jika hal
tersebut bisa tercapai, maka ARB bisa menentukan sendiri pasangan
cawapresnya tanpa koalisi.
"Popularitas Golkar di pedesaan masih tinggi. Mereka masih
mendambakan kehidupan jaman kejayaan Golkar di era orde baru. Jaman itu
tidak ada kerusuhan sosial, tidak ada dikotomi Sunni-Syiah. Kita harus
tegas dan berani menangkap kriminal," kata dia.
ARB mencontohkan pemerintahan Tiongkok di bawah Deng Xiaoping yang
menerapkan sanksi tegas, bahkan hukuman mati, bagi pengedar narkoba dan
koruptor.
Menurut ARB, hanya dirinya dan Megawati Soekarnoputri, ketua umum
PDIP, yang mampu meraih 30 persen suara. Sementara Wiranto dari Hanura,
dan Prabowo dari Gerindra masih harus mengumpulkan cukup suara supaya
bisa maju menjadi capres.
"Jokowi belum. Wiranto dan Prabowo masih menunggu hasil pemilu 9 April," kata dia.
Sumber :
beritasatu.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar