Minggu, 16 Maret 2014

Diprediksi PDIP Gaet Ketum Partai Islam Dampingi Jokowi

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) telah memutuskan untuk mengusung Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden (capres) pada pemilu presiden yang digelar Juli nanti. Namun, sampai saat ini belum ada keputusan tentang calon wakil presiden (cawapres) pendamping Jokowi.
Nah, belum adanya keputusan tentang cawapres pendamping Jokowi dinilai sebagai peluang bagi kalangan partai Islam. Sebab, duet Jokowi dengan tokoh Islam merupakan kombinasi yang pas untuk memimpin Indonesia ke depan.
Menurut pengamat politik dari Universitas Lampung, Arizka Warganegara, PDIP tentu sangat ingin memilih pendamping Jokowi dari internal jika nantinya partai pimpinan Megawati Soekarnoputri bisa memenuhi syarat 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional. Namun, Arizka juga menduga PDIP sudah menyiapkan skenario jika terpaksa harus berkoalisi untuk mengusung capres-cawapres di Pilpres 2014 ini.
"Kalau tidak sampai 20 persen, yang paling mungkin koalisi dengan kalangan faksi Islam. Kemungkinan besar cawapresnya bukan kalangan nasionalis lagi,” ujar Arizka saat dihubungi, Minggu (16/3/2014).
Menurutnya, ketua umum dari partai berbasis Islam yang bisa menduduki peringkat menengah dari hasil pemilu legislatif bisa menjadi pertimbangan PDIP dalam memilih cawapres bagi Jokowi.  Hal itu perlu untuk memperluas basis dukungan bagi Jokowi saat bertarung di pilpres.
Selain itu, prediksi Arizka juga didasari pada kenyataan bahwa Megawati merupakan politisi yang menganggap penting adanya keseimbangan kekuasaan seperti halnya ayahnya, Soekarno. Karenanya, kata Arizka, Ketua Umum PDIP yang juga Presiden RI kelima itu bisa mengambil peran untuk menduetkan pasangan nasionalis dengan figur yang menjadi representasi umat Islam.
Untuk itu, ada dua nama ketua umum partai berbasis Islam yang disebut Arizka bisa menjadi pendamping Jokowi. Pertama adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali.
Menurut Arizka, figur Hatta layak diduetkan dengan Jokowi jika perolehan suara PAN di pemilu lagislatif nanti signifikan.  "Mungkin Hatta ada kelemahan. Tapi kalau di ujung nanti ada kesepakatan di kalangan Islam, dia bisa mendampingi Jokowi,” ulasnya.
Hal serupa juga bisa saja terjadi pada sososk Suryadharma yang kini memimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Hanya saja, kata Arizka, sepertinya PPP agak kesulitan meraup suara signifikan pada pemilu legislatif nanti.
Skenario lain yang bisa disodorkan PDIP adalah mengusung kalangan Islam seperti Jusuf Kalla atau Moh Mahfud MD. “Tapi keduanya tak punya kendaraan politik,” ulasnya.
Belum lama ini, lembaga survei IndoBarometer yang bekerjasama dengan Lembaga Psikologi Politik (LPP) Universitas Indonesia merilis hasil survei tentang indeks kepemimpinan nasional. Nama Jokowi dengan skor 7,55 memuncaki daftar survei tentang indeks kepemimpinan. Di bawahnya ada Prabowo Subianto (7,07), Megawati Soekarnoputri (6,58), Aburizal Bakrie (6,38) dan Hatta Radjasa (6,15).
IndoBarometer juga membuat survei tentang tokoh dari partai Islam yang bisa menjadi calon wakil presiden pendamping Jokowi. Hasilnya, simulasi duet Jokowi-Hatta punya elektabilitas 34,3 persen. Duet itu hanya bida dikalahkan dengan simulasi Jokowi-Jusuf Kalla dengan elektabilitas 37,9 persen.
Survei IndoBarometer juga membuat simulasi tentang tokoh dari partai Islam yang bisa menjadi calon wakil presiden pendamping Jokowi. Hasilnya, simulasi duet Jokowi-Hatta punya elektabilitas 37,1 persen. Duet itu hanya bisa dikalahkan oleh simulasi duet Jokowi-Jusuf Kalla yang memiliki elektabilitas 37,9 persen.

Sumber :
jpnn.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar