Meledaknya skandal megaproyek pengadaan 656 bus asal Tiongkok, dengan nilai Rp 1,5 triliun telah membuat sejumlah pihak saling serang. Adalah Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta, Mohamad Sanusi, yang mendesak kasus itu diusut tuntas.
Tidak peduli, jika pelakunya adalah orang dekat Gubernur Joko Widodo (Jokowi) ataupun Wagub Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
”Jika memang salah ya harus dihukum,” tegasnya, Selasa (11/3/2014). Sanusi menegaskan, keberadaan sekelompok mantan tim sukses (timses) Jokowi-Ahok yang disebut-sebut sebagai ”Geng Solo” memang nyata adanya.
”Mereka menguasai berbagai lini di Pemprov DKI, mulai dari pengadaan barang, hingga di dinas dan BUMD,” ucapnya juga.
Tapi itu langsung dibantah Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, H.E Syahrial. Menurut Syahrial, Fraksi PDIP menegaskan tidak mengenal sama sekali pria berinisial MBP yang disebut-sebut sebagai orang dekat Jokowi yang diduga mengendalikan proyek bus asal China.
Sehingga pihaknya tidak ada urusan jika sosok itu dinyatakan bersalah dalam kasus pengadaan bus asal China tersebut. ”Kami tidak mengenal dia (MBP, Red),” ucapnya.
Meskipun sampai saat ini loyalitas Ahok kepada Jokowi tak terbantahkan lagi (bisa dikatakan Ahok lebih loyal pada Jokowi dari pada Gerindra), tetapi justru Syahrial mengaku mencium adanya konspirasi antara Ahok dengan Partai Gerindra untuk menyudutkan Jokowi, dalam kasus proyek bus aba-abal asal China tersebut.
Sejumlah komentar Ahok kepada media, dinilai mengandung muatan politis yang secara tidak langsung menyerang Jokowi. Menurutnya juga, pernyataan Ahok bahwa dia sudah tanya ke Jokowi mengenai mantan tim sukses asal Solo yang suka minta proyek, dan terlibat dalam proyek bus Transjakarta merupakan indikasi Ahok berusaha menyudutkan Jokowi dan mencuci tangan atas kasus ini.
”Ini tahun politik, dan kami tahu Ahok adalah kader Partai Gerindra. Bisa saja yang bersangkutan sengaja bermain dalam kasus bus ini untuk menyudutkan Jokowi,” cetusnya.
Seperti diketahui, Ahok mengatakan kalau MBP memiliki rekam jejak negatif. Dia diketahui sering terlibat dalam sebuah proyek yang mengatasnamakan Jokowi.
”Aku sudah tanya Pak Jokowi. Itu anak memang dari dulu di Solo suka begitu,” ucap Ahok. Ahok juga menegaskan, MBP suka ikut proyek dengan mengaku dekat dengan Jokowi.
Kedekatan ini sering ditunjukan lewat foto bersama antara Bimo dan Jokowi. ”Rupanya itu dimanfaatkan buat jualan di depan pengusaha,” terangnya.
Seperti diketahui sebelumnya, pengadaan ratusan bus Transjakarta dan bus sedang untuk bus kota terintegrasi busway (BKTB) diduga bermasalah. Hasil penyelidikan Inspektorat DKI Jakarta menyebutkan ada indikasi ketidakberesan dalam proyek pengadaan bus tersebut. Bahkan, kini Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mulai menyelidiki kasus tersebut.
Sebelumnya, LSM Forum Warga Jakarta (Fakta) pimpinan Azas Tigor Nainggolan melaporkan dugaan ketidakberesan proyek itu ke komisi antirasuah tersebut dan meminta KPK untuk segera menanggap Jokowi.
Di tempat terpisah, Fraksi PDIP DPRD Jakarta menggelar konferensi pres yang membantah kalau pria yang berinisial MBP sebagai anggota tim kampanye Jokowi-Ahok dalam Pilkada Jakarta 2012 lalu.
Tidak hanya itu, Fraksi PDIP juga mengatakan tim sukses Jokowi-Ahok telah membubarkan diri sejak 20 September 2012 lalu, tepatnya setelah Jokowi dan Ahok dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2013-2017.
”Tim kampanye itu dari PDIP dan Gerindra. Setahu saya di tim kampanye tidak ada yang berinisial MBP. Kalau ada nama itu, urusan pribadi. Tidak ada urusannya sama tim kampanye,” kata Ketua Tim Kampanye Jokowi-Ahok yang juga Ketua DPD PDIP DKI Jakarta, Boy Sadikin.
Sumber :
jpnn.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar