Blusukan
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) ke dua rumah susun di Jakarta, Jumat
(7/2/2014) hari ini, menunjukkan beratnya pekerjaan Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta. Buruknya komunikasi antara lini instansi pemerintah
menyebabkan persoalan tataran akar rumput menumpuk dan menggunung.
Hasilnya, rakyatlah yang lagi-lagi menjadi korban.
Rusun Sindang, Koja, Jakarta Utara, adalah titik pertama yang jadi sasaran blusukan.
Rusun yang bersebelahan dengan Kali Sindang itu tampak tak terawat. Cat
tembok kusam serta terkelupas. Halamannya digenangi air hujan. Sampah
juga berserakan dan bau tidak sedap menyeruak.
Kata warga
setempat, jika kali meluap, maka wilayah itu terendam banjir setinggi
lutut orang dewasa.
Penghuni rusun bernama Daryo (65) menjelaskan, rusun
itu milik Perum Perumahan Nasional (Perumnas) yang dibangun di lahan
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1999 silam. Meski
dibangun di lahan Jakarta, aturan yang digunakan di rusun tersebut
adalah aturan dari Perumnas. Warga tak setuju atas hal itu.
"Bayangkan
saja, masak harga sewanya sampai Rp 550.000 per bulan. Standar ekonomi
warga di sini enggak sampai begitu. Banyak warga yang kabur dan malah nyewain rusun," ujar Daryo.
Terlebih
lagi, pihak Perumnas tidak pernah melakukan pemeliharaan terhadap
fasilitas di rusun itu. Penghuni pun semakin tak nyaman. Komunikasi yang
diusahakan para penghuni ke Perumnas pun nihil. "Kita maunya rusun ini
diambil alih DKI. Jadi aturan yang berlaku di sini bukan peraturan
Perumnas, tapi pakai Perda DKI," lanjutnya.
Rusun bobrok di Cilincing
Rusun Cilincing, Jakarta Utara, menjadi lokasi blusukan
Jokowi yang kedua. Rusun milik PT Pelindo II itu tak kalah bobrok
dengan Rusun Sindang, bahkan lebih parah. Atap rusun bolong-bolong.
Tidak ada besi pembatas tangga rusun sehingga membahayakan penghuni.
Seorang
anak kecil meninggal dunia dan seorang lagi terluka parah akibat
ketiadaan besi pembatas pada tangga rusun itu. Yang lebih menyeramkan,
instalasi listrik dan instalasi gas alam dibiarkan terbuka. Tak
terbayang jika ada anak kecil secara tak sengaja melintasi area
tersebut, atau ada orang yang tengah merokok. Empat blok rusun yang
terdiri dari 756 hunian bisa saja meledak.
"Kalau boleh
dibilang, bobrok banget ini rumah susun," ujar Jaja Sudarja (51), Ketua
RT 20 RW 10, sekaligus penghuni rusun. Jaja mengaku, penghuninya telah
mengomunikasikan hal itu ke PT Pelindo selaku pemilik rusun. Namun,
langkah itu tak pernah mendapat tanggapan.
Warga, lanjut Jaja,
berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat menyelesaikan persoalan
di rusun tersebut. Tentunya dengan cara melakukan pengambilalihan
kepemilikan.
Tolkang-talking tok
Jokowi mengungkapkan bahwa kondisi itu adalah cermin
buruknya kerja sama antar-instansi pemerintah. Ketika Jokowi bertanya
kepada Kepala Dinas Perumahan dan Gedung Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
soal mengapa fasilitas rusun itu tak kunjung diperbaiki, Jokowi
mendapatkan jawaban bahwa rusun itu belum diserahterimakan dari pihak
pembangun ke Pemerintah Provinsi DKI.
"Yang kayak begini ni
ada ribuan di Jakarta. Masak cuma gara-gara belum diserahkan ke DKI,
warga di dalamnya telantar. Lah memang itu warga siapa? Warga Jakarta
juga. Kita tanggung jawabnya warga. Paling ndak, bisa saya, kalau seperti itu," ujarnya.
"Di
beberapa tempat, saya sudah tabrak aturan itu. Jalan saya suruh aspal,
fasilitas saya suruh perbaiki. Bodo amatlah urusan serah terima, bukan
urusan saya. Saya ndak mau akhir-akhirnya cuma tolkang-tolking tok (hanya sebatas wacana)," lanjutnya.
Jokowi
mengaku telah mengutus Wali Kota Jakarta Utara Heru Budi Hartono untuk
menyelesaikan persoalan fasilitas umum di dua rusun tersebut. Jokowi
juga tidak lupa menginstruksikan Heru untuk mengurus persoalan
administrasi antara Pemprov DKI Jakarta dan instansi yang membangun
kedua rusun tersebut.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar