Peneliti senior Founding Fathers House (FFH), Dian Permata, menilai,
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri masih memiliki
keinginan untuk maju sebagai calon presiden 2014-2019. Menurutnya, hal
itu terlihat dari langkah politik yang diambil Mega.
Dian
menjelaskan, hal pertama yang menyiratkan keinginan Mega maju adalah
ketika berulang kali mengatakan bahwa PDI Perjuangan baru akan
menetapkan capres setelah pemilihan legislatif. Hal tersebut dianggap
Dian untuk membuka peluang bagi siapa pun yang mampu, termasuk dirinya
sendiri.
"Dilihat dari keinginan politiknya, Mega memang terlihat
masih punya hasrat untuk maju kembali menjadi capres di Pilpres 2014,"
kata Dian, di Jakarta, Senin (16/12/2013).
Keinginan tersebut,
kata Dian, tak bisa dilepaskan dari sejumlah alasan, di antaranya karena
Mega tidak pernah merasa menjadi presiden pemenang pemilu.
"Ia hanya presiden warisan dari pemerintahan sebelumnya. Makanya, Mega tampil di Pilpres 2004 dan Pilpres 2009," ujarnya.
Selain itu, kata Dian, dari gesture
politiknya, Mega tengah berada di masa paling dewasa dalam berpolitik.
Indikatornya adalah keputusannya dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah
dan Jawa Barat.
Di Jawa Tengah, publik sempat memprediksi jika
tiket akan diberikan PDI Perjuangan pada Rustriningsih (Wakil Gubernur
Jawa Tengah saat itu). Namun, seperti akrobat politik, Mega membalikkan
semua prediksi dan perkiraan banyak orang karena akhirnya dia memilih
Ganjar Pranowo untuk bertarung di daerah tersebut. Keputusan Mega di
Pilgub Jawa Tengah dianggap sebagai akrobat politik karena waktu itu
elektabilitas Ganjar tidak meyakinkan. Tetapi, intuisi politik
membuktikan lain. Ganjar menang di pilgub tersebut.
"Sama halnya
saat Rieke Diah Pitaloka maju di Pilgub Jawa Barat, publik juga tak
menyangka karena Rieke adalah orang relatif baru di kandang banteng,"
katanya.
Selanjutnya, Dian juga menanggapi seringnya Mega dan
Joko Widodo (Jokowi) tampil bersama di depan publik. Meski mengundang
banyak pertanyaan, tetapi hal-hal seperti itu akan sangat menguntungkan
PDI Perjuangan. Keuntungan diperoleh PDI Perjuangan karena Jokowi
berguna sebagai obat tawar terhadap kekurangan PDI Perjuangan, mmisalnya
sebagai partai yang tak memiliki media massa dan ketiadaan capital
politic karena menjadi oposisi di dua periode pemerintahan.
"Dan pesan terselubungnya juga ada, bahwa Jokowi milik moncong putih, bukan partai lain," katanya.
Dengan
demikian, kata Dian, harapannya, publik akan tergerak memilih PDI
Perjuangan. Bahkan, lebih jauh, suara pemilih juga akan tersedot untuk
capres yang diusung PDI Perjuangan pada tahun depan.
Seperti
diketahui, PDI Perjuangan menyerahkan keputusan soal capres kepada
Megawati. Mega masih mendapat dukungan dari internal, dan masuk dalam
salah satu skenario capres PDI Perjuangan. Namun, Mega belum juga
memberikan keputusan dan masih menunggu hasil pileg nanti diketahui.
Sesuai dengan hasil Rakernas III PDI Perjuangan, Mega diminta memutuskan
capres itu sesuai dengan kesiapan internal partai dan kondisi politik
terkini.
Sumber :
kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar