Senin, 16 Desember 2013

Adu Kuat Mega vs Jokowi di Survei Capres

PDIP menyusun skenario duet Mega-Jokowi di Pilpres 2014. Padahal hampir survei sepanjang tahun 2013 ini, elektabilitas Ketum PDIP itu kalah jauh dari sang Gubernur DKI Jakarta.
Soegeng Sarjadi Sindicate (SSS) yang mereview hasil survei dari 30 survei yang dirilis oleh 20 lembaga survei sepanjang tahun 2013, menyimpulkan Jokowi adalah capres yang paling berpeluang memenangkan Pilpres 2014.
Dalam hasil analisis yang dipublikasikan SSS pada Kamis (12/12) lalu, Jokowi meraih 22,97% dukungan, di atas Prabowo Subianto (19,1%). Sementara itu Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri hanya berada di urutan ke empat dengan raihan 11,42% dukungan. Suara dukungan untuk Mega berada di bawah Aburizal Bakrie (12,09%).
Hasil tak jauh beda juga ditunjukkan hasil survei Indo Barometer menyoal capres pilihan pemuda. Pada paparan survei yang dilakukan 11 Desember lalu, Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari menuturkan bahwa Jokowi adalah capres pilihan pemuda.
Para pemuda mayoritas memilih Jokowi sebagai capres (25,8%), diikuti Prabowo (10,7%), dan Aburizal Bakrie (9,2%). Sementara itu Megawati lagi-lagi hanya di urutan keempat dengan hanya 6,9% dukungan.
Survei yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia pimpinan Burhanuddin Muhtadi menuai hasil yang tak jauh beda. Hasil survei yang dirilis pada Kamis 21 November 2013 silam menunjukkan Jokowi sebagai capres paling banyak dipilih oleh 35,9% responden.
Di posisi nomor dua adalah Aburizal Bakrie yang prosentasenya sama dengan Prabowo Subianto. Kemudian disusul Wiranto (7,8%), baru setelah itu Mega dengan hanya 5,9% dukungan.
Karena saking kuatnya elektabilitas Jokowi, lembaga survei Cyrus Network yang merilis hasil tak jauh beda pada Minggu kemarin punya julukan khusus.
"Penggabungan Jokowi ke partai mana pun bisa menjadikan partai tersebut sebagai pemenang pemilu. Jokowi bisa mengerek suara partai manapun. Oleh sebab itu, kami menyebut Jokowi sebagai capres setengah dewa," kata Direktur Riset Cyrus Network Eko Dafid Afianto, di kantornya, Komplek Graha Pejaten no 4, Jl Pejaten Raya, Jakarta Selatan, Minggu (15/12/2013).

Kalau Megawati capres, PDIP nggak takut kalah lagi?
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sudah menyiapkan beberapa opsi soal pasangan capres cawapres di Pemilu 2014. Salah satunya, pasangan Megawati Soekarnoputri dan Joko Widodo (Jokowi) yang bisa meraup 60 persen suara, menurut survei internal partai banteng itu.
Opsi ini pun menjadi pro dan kontra. Sebab Megawati sudah dua periode pemilu kalah saat dicalonkan sebagai presiden, yakni pada 2004 dan 2009.
Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey pun mengaku tak khawatir jika Megawati mencalonkan diri kembali pada Pilpres tahun depan.
"Bagi kita enggak ada kekhawatiran kalau ditetapkan keputusan Bu Mega itu yang paling terbaik itu yang kita dukung, enggak ada lagi kata lain," tegas Olly di Gedung DPR, Jakarta, Senin (16/12/2013).
Kendati begitu, dia mengakui jika di berbagai hasil survei elektabilitas Megawati merosot. Beda halnya dengan Jokowi yang selalu berada di posisi teratas sejumlah hasil survei nasional.
"Benar kita juga punya pengalaman itu. Tapi kalau ikut survei, Jokowi enggak jadi gubernur, Ganjar enggak jadi gubernur. Ya dong? Survei kan hanya bacaan, kan itu proses," ujar dia.
Olly sendiri ingin Megawati sebagai capres 2014. Penilaian itu dari pengalaman Megawati yang menurut dia tak diragukan lagi sebagai mantan presiden dan wakil presiden. Termasuk soal desakan para kader yang ingin Mega maju sebagai capres, bukan Jokowi.
"Orang masih melihat pengalaman, tapi semua itu terserah Bu Mega, kader partai DPP masih anggap Mega sangat pengalaman dan punya intuisi politik tajam, apa maju atau tidak Bu Mega punya intuisi," pungkasnya.

Sumber :
- detik.com
- merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar