Jumat, 13 Desember 2013

Jokowi Dituding Hancurkan Daya Saing Bangsa di Pasar Bebas ASEAN

Dukungan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) menghapuskan bahasa Inggris dari kurikulum Sekolah Dasar (SD) dikritik oleh Ketua Pembina ASEAN Competition Institute (ACI), Roy Martua Pardede. Pasalnya, tahun 2015, Indonesia bakal bergabung dalam pasar bebas negara-negara ASEAN di mana bahasa Inggris sebagai bahasa persatuan.
Dia menilai pelajaran bahasa Inggris harus diajarkan semenjak dini agar masyarakat bisa terbiasa dengan bahasa global ini. "Kalau bahasa Inggris dihapuskan dari kurikulum, sedangkan bahasa Inggris itu jadi bahasa persatuan ASEAN.
Bisa tenggelam negara kita," ujarnya dalam seminar standarisasi perdagangan di Aryaduta hotel, Jakarta, Jumat (13/12/2013).
Menurutnya, dia dulu sangat simpatik dengan sosok mantan walikota Solo tersebut. Tetapi, dengan pernyataan Jokowi yang menyetujui siswa SD tidak mendapatkan mata pelajaran bahasa Inggris membuatnya tidak respek kepada Jokowi.
"Dulu saya simpatik sama Jokowi tapi semenjak dia menyetujui bahasa inggris dihapuskan dari mata pelajaran SD ya tidak sekarang," katanya.
Seperti diketahui, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang, Indonesia harus terus meningkatkan daya saingnya. Peningkatan tersebut melalui jalan menumbuhkan kesadaran para stakeholders terkait akan pentingnya peningkatan daya saing produk Indonesia.
Sektor jasa menjadi prioritas pada MEA 2015 karena memiliki kontribusi sekitar 50,3 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN. Dalam bidang jasa, bahasa inggris dibutuhkan untuk menjalin komunikasi antar bangsa.
Sebelumnya, Jokowi mendukung penghapusan mata pelajaran bahasa Inggris untuk anak-anak Sekolah Dasar. Menurut dia, tingkatan SD harus diutamakan pelajaran Bahasa Indonesia.
"Saya lebih setuju buat SD lebih baik adalah pelajaran bahasa Indonesia atau muatan lokal," ujar Jokowi di Koja, Jakarta Utara.
Menurutnya, pelajaran bahasa Inggris hanya menjadi mata pelajaran tambahan atau masuk ke dalam ekstrakurikuler. Yang lebih penting untuk anak tingkatan SD adalah pelajaran bahasa Indonesia.
"Saya setuju bahasa Indonesia lebih diutamakan, kalau bahasa Inggris nantinya bisa dilanjutkan bisa dipelajari pada tingkat selanjutnya ditingkatkan SMP," kata dia.
Selain bahasa Inggris, mata pelajaran yang juga dihapus adalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) serta Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).

Sumber :
merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar